Setelah Kasus Siswa Inklusi, Kepsek SMKN 1 Digoyang Isu Pungli
Kasus pemukulan siswa inklusi SMKN 1 Surabaya yang terjadi kemarin, ternyata menjadi pemicu para siswa lain yang tidak puas dengan kepemimpinan Kepala Sekolah SMKN 1 Surabaya, Bahrun. Buktinya puluhan siswa SMKN 1 Surabaya tadi siang menggelar aksi unjukrasa di depan sekolah mereka di Jalan Smea Surabaya.
Para siswa yang melakukan aksi ini berjalan sambil meneriakan "Bahrun out, Bahrun out". Mereka juga membawa beberapa poster yang di antaranya bertuliskan "Kami Siswa Bukan ATM. Mereka juga menuntut agar kepala sekolah mereka turun dari jabatannya.
Tak pelak aksi ini pun sempat membuat kemacetan di sekitar Jalan Smea karena menarik perhatian pengguna jalan lain.
Aksi protes ini terpaksa mereka lakukan karena sejumlah sejumlah kebijakan Bahrun dinilai merugikan siswa. Misalnya saja kebijakan soal pungutan uang parkir kendaraan bermotor sebesar Rp 600 ribu per bulan untuk setiap siswa. Kebijakan ini tentu saja memberatkan orangtua siswa.
Selain itu, para siswa juga memprotes kebijakan soal larangan bawa suporter saat tim basket SMKN 1 Surabaya bertandang melawan sekolah lain.
Saat gelar aksi unjukrasa ini, kebetulan Ketua DPRD Kota Surabaya, Armuji juga ada di lokasi. Kedatangan Armuji ke SMKN 1 Surabaya ini, sebenarnya ingin menemui siswa yang diduga menjadi korban kekerasan Bahrun. Namun saat mengetahui siswa SMKN 1 melakukan aksi, Armuji pun ikut turun tangan menenangkan siswa.
"Tugas siswa adalah belajar, tugas guru adalah mendidik untuk bisa menjadi siswa yang lebih baik lagi. karena itu jangan sampai kejadian seperti ini terulangi lagi, Tentunya dari pembelajaran ini kita semua bisa introspeksi murid, guru maupun kepala sekolah," kata Armuji
Armuji juga mengatakan jika semua aspirasi dari siswa SMKN 1 Surabaya ini akan selesaikan di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. (ocn)