Setan Menggoda, Nabi Ibrahim Tak Ragu Sembelih Putranya
Di balik Hari Raya Idul Adha, ada peristimewa mimpi sebagai perintah dari Allah SWT kepada Nabi Ibrahim. Inilah kisah dari rangkaian Kisah Para Nabi (Qishashul Anbiya’) dalam Al-Quran.
Dalam mimpinya ia merasa mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim AS terbangun dengan terkejut.
“Astaghfirullah,” kata Nabi Ibrahim AS dalam hati. “ Mungkinkah setan yang telah memberiku mimpi buruk ? ”
Pada waktu itu para pedagang sering melintasi padang gurun tersebut. Mereka terkejut dengan kemunculan kolam mata air, Zamzam itu, itu. Terlebih lagi melihat keberadaan Siti Hajar dan Ismail di tempat itu.
“Nyonya, kami adalah rombongan pedagan yang akan pergi ke negeri jauh. Ijinkanlah kami beristirahat dan mengisi perbekalan air kami,” kata ketua rombongan.
“Tentu saja anda boleh. Ambillah air hadiah dari Allah ini. Tapi bolehkah kami meminta sedikit makanan untuk kami?” kata Siti Hajar.
“Dengan senang hati,” kata ketua rombongan.
Lama-kelamaan semakin banyak pedagang yang lewat dan mampir di air Zamzam untuk mengisi perbekalan. Siti Hajar dan Ismail dianggap sebagai pemilik air Zamzam tersebut. Bahkan mereka membangunkan tempat tinggal untuk mereka berdua. Kemudian banyak dari pedagang dan musafir yang meminta izin untuk menetap sehingga tempat itu menjadi perkampungan yang ramai dan subur. Siti Hajar dan Ismail tidak sendiri lagi. Maha kuasa Allah yang telah menjawab doa hambaNya.
Beberapa tahun kemudian, Nabi Ibrahim AS datang untuk mengunjungi istri dan anaknya. Ia sangat heran melihat perubahan yang terjadi.
“Ki sanak, apakah di tempat ini ada seorang perempuan bernama Siti Hajar dan putranya Ismail?” tanya Nabi Ibrahim AS kepada seorang penduduk.
“Oh tentu saja. Mereka adalah pemilik sumur Zamzam. Mereka biasanya sedang menggembalakan ternaknya di Arafah,” jawab penduduk.
“Terima kasih,” kata Nabi Ibrahim AS.
Akhirnya Nabi Ibrahim menemukan istri dan anaknya yang sedang menggembala. Mereka berpelukkan dengan bahagia.
“Bagaimana kabarmu istriku?” tanya Nabi Ibrahim AS.
“Alhamdulillah, Allah selalu melindungi kami,” jawab Siti Hajar . “Ini adalah Ismail putramu. Nak ini adalah ayahmu.”
Ismail mencium tangan Nabi Ibrahim AS.
“Maafkan ayahmu nak. Karena telah meninggalkan kalian begitu lama,” kata Nabi Ibrahim AS.
“Tidak apa-apa ayahanda. Itu sudah takdir Allah,” jawab Ismail bijak.
“Mari kita pulang ke rumah. Pastinya engkau capai dan ingin beristirahat,” ajak Siti Hajar .
“Baiklah,” kata Nabi Ibrahim AS. (adi)