Sesuatu yang Tidak Disengaja, Hikmah dari Kitab An-Nawadir
Al kisah, Fadl bin ar-Rabi' menuturkan: suatu hari, Harun ar-Rasyid berkata kepadaku, “Carikan aku tukang cantuk yang amat pendiam, lebih tenang daripada batu!”
Permintaan itu terlampau berlebihan. Tetapi, aku mempunyai jawaban, “Aku mempunyai seorang anak yang amat pendiam.”
“Ya sudah, bawa ia kemari!” jawab Harun ar-Rasyid.
Sebelum mengirimnya, aku menguatkan kepada anakku agar diam dan tidak berkata sama sekali kepada khalifah serta mempersiapkannya dengan baik.
Selang beberapa waktu setelah anakku di sana, aku menemui Harun ar-Rasyid. Aku mengetahui dirinya bermuka masam dan agak marah.
“Wahai Fadl, ada sedikit masalah. Kita akan melihatnya setelah ini! Aku tidak menginginkannya,” ucap Harun ar-Rasyid kepadaku.
Lantas, aku meminta waktu sebentar di tempat khusus untuk bertemu dengan anakku. Aku mengorek informasi tentang
pertemuannya dengan khalifah.
“Ketika ja menunjukkan bagian yang akan dicantuk, aku berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau mengutamakan Muhammad daripada Al-Ma'mun? Padahal, AlMa'mun lebih tua dariya' Ia menjawab, “Aku akan menjawab setelah pekerjaanmu selesai” Setelah beberapa saat, aku kembali bertanya kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, aku bertanya sesuatu yang lain” Ia menimpal, "Apa itu? Aku berkata, “Mengapa engkau membunuh Ja'far bin Yahya? Ia menjawab, “Aku akan memberi tahu kamu setelah pekerjaanmu ini selesai” Aku bertanya lagi kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau memilih kebebasan daripada Baghdad? Padahal, Baghdad lebih baik daripadanya' Khalifah menjawab, Jawabanku setelah engkau selesai dari pekerjaan ini! Setelah itu, khalifah memanggil pembantunya dengan senang dan berkata, "Minuman dingin hanya akan membunuhnya. Sebab, ia bertanya kepadaku tiga hal yang seandainya Al-Mansur bertanya kepadaku dengan pertanyaan itu, aku tidak akan menjawabnya.” Begitu keterangan anakku. Setelah penjelasan ini, aku duduk. Beberapa saat kemudian, Abu Dilamah bertamu kepada khalifah dalam keadaan menangis. Sebenarnya, Abu Dilamah telah bersekongkol dengan Ummu Dilamah bahwa ketika masuk ke dalam istana, Abu Dilamah akan menyampaikan kabar kematian. Dan, Ummu Dilamah sedang pergi ke Zabidah yang juga menyampaikan kabar kematian kepadanya. Melihat situasi ini, Harun berkata kepada Abu Dilamah, “Apa yang menimpamu?” Abu Dilamah menjawab dengan gubahan syair:
Kami seperti sepasang burung Qattha nun jauh.
Yang aman, dalam suatu kehidupan tenteram dan senang Kami menyendiri karena keraguan zaman akan mengubah Dan, aku tidak melihat suatu pun yang lebih buas daripada kesendirian
Ia mengucapkan itu dengan ratapan dan jeritan.
“Wahai Amirul Mukminin, Ummu Dilamah telah mati. Sementara, aku membutuhkan dana untuk merawat jenazahnya,” ucap Abu Dilamah.
Harun ar-Rasyid yang mendengar ratapan menyedihkan tersebut memberikan dana yang dibutuhkan.
Sementara di tempat lain, Ummu Dilamah dengan tangisan sedih bertamu kepada Zabidah.
“Ada apa?" tanya Zabidah.dari
Khalifah yang Disegani
Abu Dilamah telah melewati jalannya. Ia meninggal dunia,” jawab Ummu Dilamah.
Zabidah pun mengetahui maksud kedatangan Ummu Dilamah. Maka, ia pergi mengambil beberapa dana untuk perawatan jenazah Abu Dilamah.
Selanjutnya, Khalifah Harun ar-Rasyid pergi ke tempat Zabidah yang masih marah, sebab pertanyaan tukang cantuk dan kematian Ummu Dilamah.
“Aku melihatmu sedih. Mengapa?” tanya Zabidah kepada Harun ar-Rasyid.
Harun ar-Rasyid pun menceritakan masalahnya. Zabidah
segera menangkap peristiwa yang dialami mereka.
“Sekarang, Ummu Dilamah ada di tempatku meminta dana untuk perawatan jenazah Abu Dilamah,” ucap Zabidah
“Dan sekarang, Abu Dilamah ada di tempatku meminta dana untuk perawatan jenazah Ummu Dilamah,” kata Harun ar-Rasyid dengan senyum.
Selanjutnya, Harun ar-Rasyid menemuiku dengan tertawa terbahak-bahak. Aku kaget, saat keluar dari istana, ia sedih: dan ketika masuk istana, ia senang. Aku bertanya kepadanya. Khalifah menceritakan peristiwa yang dialaminya bersama Zabidah. Saat itu, aku meminta agar tukang cantuk yang tidak lain anakku agar ditolong dan dibebaskan karena pertanyaan-pertanyaan yang agak menyinggung tersebut. Khalifah menerima dan membebaskannya.
Selanjutnya, khalifah mendatangkan Abu Dilamah untuk mencari tahu alasan melakukan rekayasa tersebut.
“Apa yang menyebabkan engkau melakukan ini?” tanya Harun ar-Rasyid.
“Wahai Amirul Mukminin, janganlah mengejek begitu! Ini kami lakukan agar tidak ada anggapan bahwa engkau hanya memberikan sesuatu kepada orang semata dengan rekayasa,” jelas Abu Dilamah.
Mereka pun tertawa melihat kecerdasan rekayasa dua orang itu.
Wallaahu a'lam.
Dinukil dari Kitab An-Nawadir