Sesuai Hadits Nabi, Relasi Suami-Istri Kolektif Kolegial
Dalam relasi keluarga yang kolektif kolegial, didalamnya tidak menganggap satu lebih unggul ketimbang yang lain, serta dalam pemilihan keputusan lebih mengedepankan rembugan dan diskusi bersama. Tidak ada pihak yang mendominasi dalam pengambilan keputusan, suami maupun istri berperan secara moderat-tengahan.
"Relasi antara suami dengan istri harus moderat, atau dalam perspektif Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah kepemimpinan keluarga harus kolektif kolegial," tutur Siti Syamsyiatun, Ketua Lembaga Penelitian Pengembangan PP ‘Aisyiyah (LPPA).
Menurutnya, kepemimpinan itu terdistribusi seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW “Kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun an ra’iyyatihi” yang artinya setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tia-tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya.
Hadis ini sebagai pijakan termasuk dalam rumah tangga, berkaca dari itu maka dalam rumah tangga tidak ada one man show karena baik suami maupun istri memiliki kekurangan dan keleibhan.
“Saya kira apa yang terjadi di Muhammadiyah kepemimpinan kolektif kolegial mestinya juga diterapkan dalam rumah tangga,” tutur Syamsyiatun, dalam keterangan Sabtu, 6 Februari 2021.
Bahkan, kata Syamsyiatun, pengambilan keputusan dalam rumah tangga bukan hanya melibatkan suami dan istri, tapi juga melibatkan anak sebagai team work. Karena masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, maka dalam pengambilan keputusan bisa dilakukan oleh ketiga unsur tersebut dengan mengedepankan musyawarah.
“Misalnya soal pemilihan tempat rekreasi, anak-anak lebih tau bagaimana cara order, mencari dan lain sebagainya,” tutur Siti Syamsyiatun.
Menurutnya, sebagai tim, keluarga akan relatif lebih mudah dalam menghadapai dan menyelesaikan masalah. Terlebih di masa pandemi sekarang, ketika suami misalnya sebagai satu-satunya pihak yang mencari nafkah tergangu, maka istri dengan kreatiftitasnya bisa membantu untuk memutar kembali roda ekonomi keluarga.
Termasuk peran domestik yang selama ini biasa dilakukan oleh istri, suami juga bisa membantunya. Misalnya istri sedang ada pertemuan atau agenda dengan Organisasi ‘Aisyiyah, maka suami bisa mengerjakan pekerjaan domestik yang biasa dilakukan oleh istri.
“Saya rasa ketersalingan kolegial sebagai team work dalam keluarga sangat perlu,” kata Syamsyiatun mengakhiri.
Advertisement