Serunya Gowes Bareng Sekeluarga di Saat Pendemi (2-habis)
Bila tulisan kemarin membahas Rudi Oyee dan keseruannya memboyong “odong-odong” gowes nanjak. Serta, Agus Willyam yang merasa memenangkan piala terbaik dalam hidup ketika berhasil membawa istri dan anaknya gowes.
Kali ini, cerita keluarga Joseph yang bos perusahaan handuk dan garmen sehingga membuat sendiri jersey lucu. Sebagai identitas klub.
Juga ada keluarga dokter gigi yang merasakah ribetnya mengurus empat sepeda semalam sebelum gowes dimulai.
Joseph Kanginan–Sherly Sumarlin–Howard Kang (Surabaya)
Bikin Sendiri Jersey Flintstone Jadi Identitas Klub
Saya sudah menggeluti dunia sepeda sekitar tujuh tahun. Mulai dari MTB hingga road bike dan sepeda lipat. Saya bergabung dengan komunitas Free Bike Indonesia (FBI).
Gara-gara pandemi ini, Sherly ingin menambah porsi olahraganya. Dan saya tawari untuk gowes, dia mau. Mulailah sejak awal Agustus. Tidak mau beresiko dan repot, saya belikan Sherly sepeda lipat.
Pertama kali bersepeda, Sherly sangat tegang. Kecepatan sangat pelan dan kagok kaku pegang handlebar. Alhasil, heart rate sangat tinggi.
Beruntung kami tinggal di perumahan di Surabaya Barat, jadi sebelum menempuh perjalanan jauh, Sherly bisa latihan dulu putar-putar di perumahan kami yang lumayan luas. Biasanya tetap saya temani tiap hari Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu.
Setelah dirasa percaya diri, mulailah saya mengajak Sherly gowes agak jauh. Kami mengunjungi kota tua dan benteng tua untuk foto-foto. Lumayanlah saat itu pergi pulang bisa 47 km.
Pernah suatu ketika Sherly memuji dedikasi saya di gowes. Dia bilang sepedaan itu ternyata berat dan bisa merasakan beratnya saya mengikuti half ironman.
Saya terus memotivasi Sherly agar semangat untuk gowes dan agar tidak merasa capai. Semua ilmu dan pengalaman gowes saya selama ini saya ajarkan ke dia.
Sedangkan Howard, anak sulung saya sudah gowes sejak bulan Mei lalu menggunakan MTB. Dia lebih mandiri dan sering gowes bersama teman-temannya. Tak jarang juga Howard menemani mamanya gowes pagi.
Saya merasakan dengan gowes bersama keluarga ini maka hubungan dan komunikasi kami bisa semakin intens dan erat. Robert, anak kedua saya mulai teracuni juga. Melihat kakak dan mamanya gowes seru. Akhirnya Robert mencoba.
Saya mulai meracuni teman-teman untuk gowes lagi. Bahkan silahkan bawa keluarganya. Biar gowes makin seru.
Sudah ada beberapa teman yang gabung, akhirnya saya membuat komunitas Flintstone Cycling Club (FCC). Dengan jersey merek Montee (Imortelle Jersey) yang saya buat sendiri mengambil desain baju Flintstone yang lucu itu.
Rizal Sutedjo–Irene Sutanto–Jason Sutedjo–Joel Sutedjo (Surabaya)
Semalam Sebelum Gowes, Ributnya Ampun
Sejak dahulu keluarga kami adalah keluarga yang tidak jauh dari olahraga. Saya gowes road bike. Istri, Irene Sutanti menggeluti lari. Jason demen fitness. Dan Joel main basket.
Sejak pandemi ini, tempat fitness dan basket tutup. Jadi Jason dan Joel galau banget. Irene masih tetap lari. Akhirnya Mulyadi Budiyanto, sahabat saya mengajak untuk gowes lagi. Akhirnya keluarga kami disatukan dalam satu olahraga, gowes.
Awalnya tidak beli sepeda, tapi menggunakan sepeda yang lama. Jadi bongkar gudang. Irene pakai Cannondale Synapse, Jason pakai Wdnsdy dan Joel pakai Focus. Mereka latihan gowesnya di sekitar perumahan Surabaya Barat saja. Membiasakan diri terlebih dahulu.
Lantas makin jauh ke Surabaya kota. Lalu makin jauh lagi menuju Surabaya timur. Bahkan saya ajak mereka keluar Surabaya yaitu ke Pandaan, Dawar, Jabon (Tlocor) juga pulau Madura.
Tak disangka. Mereka sangat menikmati gowes. Saya pun ikut gembira. Dulu setiap pagi mencari teman untuk gowes bersama. Sekarang kita sudah punya tim sendiri. Hahaha…
Serunya, semalam sebelum gowes. di rumah ramai banget. Mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai jersey, botol minum, pompa ban, cek dan lumasi rantai, serta cek baterai cycling computer.
Apalagi jika ada trobel sepeda, waduh saya yang bagian paling pusing. Harus bawa sepeda ke tempat servis. Tapi saya sangat senang dan enjoy melakukan itu semua. Demi keluarga!
Bila kita gowes bareng keluar kota. Ada yang narik di depan. Biasanya sih itu tugas saya. Jason atau Joel yang menemani mommy di sampingnya.
Tapi ketika ada tanjakan, bye bye.. semua lepas sendiri-sendiri. Tapi kita tungguin pas di puncak.
Saya juga senang mengajari mereka untuk pindah gigi dan pedalling yang baik. Jadi mereka sangat antusias gowesnya. Kami pernah gowes ke Dawar (Mojokerto), tiba-tiba sepeda Jason tidak bisa pindah gigi. Ternyata baterai Di2-nya habis.
Alhasil, Jason harus mengandalkan satu posisi gir sepanjang sekitar 20 km itu. Joel bisa meninggalkan Jason dan tertawa bangga. Jason tidak terima. Dia push dirinya sehingga bisa finis duluan dibandingkan adiknya dan papa mamanya..
Ketika tiba di tempat makan, Jason makan paling banyak. Rupanya dia benar-benar push dirinya hingga “habis”. Jadi makannya banyak banget! Hahaha… Saya dan Irene hanya bisa tertawa. Dan itu momen bahagia kami berdua sebagai orang tua.