Serunya Gowes Bareng Sekeluarga di Saat Pendemi (1)
Masa pandemi covid19 memang merusak tatanan kehidupan terutama ekonomi. Sebaliknya, ada yang bersyukur. Gara-garanya, beberapa keluarga metropolitan bisa menyatu justru di masa pandemi.
Disatukan oleh olahraga. Ya, salah satu cara untuk menghindari virus Covid-19 adalah dengan menaikkan imunitas tubuh. Paling ampuh selain minum vitamin dan melaksakan protokol kesehatan adalah olahraga.
Dipilihlah gowes. Karena para ayah dari empat keluarga ini sudah gowes duluan. Dulunya ketika sang ayah gowes, anak dan istri kadang sewot. Tapi sekarang, ayah harus siap menghadapi ajakan gowes pagi sore!
Seperti apa keseruan family gowes ala keluarga metropolitan ini? Total ada empat keluarga. Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian hari ini dan besok. (bersambung)
Agus Willyam– Anita–Selena dan Dylan (Bali)
Keluarga Adalah Kemenangan Terbesar Agus
Jiwa kompetitif saya sangat tinggi. Setiap ada balapan sepeda saya pasti ikut. Kadang atas nama pribadi. Bisa atas nama Roda Jaya Bali. Atau bersama tim KGB Jakarta.
Saya ingin membuktikan di usia saya yang sudah lebih dari 40 tahun ini tapi masih kompetitif. Tapi saat tidak ada even balap, justru merasa kemenangan terbesar dalam hidup. Minimal dalam karier bersepeda.
Saya berhasil mengajak istri dan anak saya gowes! Itu kebanggaan saya. Mereka bisa sehat, hubungan keluarga jadi lebih berkualitas. Mereka juga bisa menikmati pemandangan Bali yang indah. Dulu saya hanya bisa ceritakan ke mereka. Sekarang mereka melihat dan kagum sendiri.
Awal gowes, saya tidak belikan sepeda. Anita, istri saya pakai sepeda MTB 26 inchi. Dylan pakai sepeda hybrid merek Polygon Trexia. Setelah terbiasa, Dylan pakai sepeda Cannondale SystemSix. Istri pakai Polygon Trexia.
Saat saya ajak nanjak, Anita ngomel karena sproketnya kecil dan hanya 7 speed. Jadi berat. Hahaha… Akhirnya saya belikan Polygon Bend RV, sepeda gravel.
Dengan alasan agar nyaman karena ban gendut tapi geometri masih sama dengan road bike. Tentu rasio gigi sudah 11 speed dan sproket 11-32 jadi nyaman.
Wah, makin keranjingan mereka gowesnya. Saya suruh Anita menggunakan Colnago C60 saya. Tinggal ganti stem, turunkan seatpost, setel dan ganti sadel. Makin kenceng gowesnya Anita. Woow… progres luar biasa!
Akhirnya Anita menggunakan sepeda yang sesuai dengan ukurannya, Cannondale Supersix Evo. Malah Dylan yang pakai Colnago C60 hingga saat ini.
Sekarang saya malah pagi sore saya gowesnya. Pagi gowes bersama kawan-kawan. Sore menemani mereka gowes. Kadang ke Pantai Kuta, Canggu, Tanah Lot, arah Nusa Dua, atau Mambal.
Seminggu sekali kami century ride (100 km) dengan gowes ke Ubud. Atau Jatiluwih dan Tampaksiring. Bahkan saya ajak Dylan gowes bareng Barong ke Kintamani melalui Puncak Penulisan dan Dylan lulus! Saya sangat bangga!
Seru sekali gowes satu keluarga yang pernah saya bayangkan selama 10 tahun saya menggeluti dunia sepeda ini. Biasanya kami pergi sekeluarga menggunakan mobil. Kali ini pakai sepeda.
Mereka pun senang, paling utama adalah badan yang lebih fit. Dan Anita gembira karena bisa kurus tanpa diet! Itu yang memotivasi dirinya terus gowes. Katanya, lebih baik gowes bisa liat pemandangan, olahraga dan bonusnya bikin kurus!
Foto keluarga menggunakan jersey dan apparel sepeda serta memegang sepeda itu sesuatu banget untuk saya. Saya berhasil “memenangkan” pertandingan dengan membawa seluruh keluarga saya untuk jadi lebih sehat! Priceless!
Yang paling repot sebelum gowes adalah saya, karena harus menyiapkan tiga kadang empat sepeda. Tapi tidak pernah ada masalah karena semua sepeda saya selalu diservis oleh toko Roda Jaya Bali jadi pasti siap digowes kapan saja.
Rudi Oyee–Martha–Celine–Gabriella–Russel–Chelsea–Eleanor (Surabaya)
Heran, Oyee dan Odong-Odongnya Suka Gowes Nanjak
Saya dan istri, Martha memang suka olahraga sejak dulu. Saya menggeluti gowes. Sekali-kali lari dan renang. Untuk ikut triathlon. Tapi fokus utama masih di gowes.
Martha suka lari dan renang. Sama sekali tidak bersepeda. Takut belang-belang seperti saya katanya. Tapi sejak Maret, Martha mulai gowes. Awalnya pakai MTB saya.
Tidak sendirian, Martha bersama ibu-ibu Free Bike Indonesia (FBI) komunitas saya. Juga mengajak anak kami, Celine, Gabriella dan Russel.
Makin ramai dan seru saat gowes.
Awal gowes tentu Martha dan anak-anak belum kuat. Tapi karena saya terus memberi semangat dan mengajari cara gowes akhirnya mereka mulai terbisa.
Selama ini rute gowes keluarga kami adalah ke Graha Family, Citraland, Suramadu, Jembatan Putih, Basrah, dan Pakuwon City. Rute dalam kota itu dijalani tiap hari Selasa, Kamis dan Minggu.
Tak hanya itu, saya pernah ajak Martha gowes keluar kota yakni ke Pandaan, Dawar (Mojokerto), Gudang Garam, dan Pacet. Tidak ketinggalan, Gabriella dan Russel ikut juga.
Paling senang adalah saat di finis. Kita bisa duduk bersama, bergurau dan saling cerita bagaimana kesannya tadi bersepeda. Itulah momen indah kami sebagai keluarga.
Tujuan nanjak berikutnya adalah Jolotundo. Saya juga heran, Martha dan anak-anak jadi suka nanjak.
Apalagi kadang family gowes ini diikuti juga oleh keponakan yaitu Eleanor dan Chelsea. Mereka juga demen nanjak keluar kota. Jadi makin ramai grup kami.
Apalagi semuanya sudah pakai road bike. Martha pakai Ridley, Gabriella pakai Cervelo Aspero, Eleanor pakai Wilier, dan Russel pakai Ridley. Hanya Celine yang masih setia dengan sepeda lipat Pacific carbon.
Jika kami bertujuh gowes full team, teman-teman FBI memanggil kami sebagai “Oyee dan odong-odongnya” hahaha… tidak ada sakit hati. Itu hanya gurauan yang membuat kami semua tertawa.