Serunya Cycling Couple Gowes ke Bromo Bareng FreedomCCÂ (2-habis)
Berbahagialah buat cyclist yang tinggal di Jawa Timur. Karena ada satu gunung yang dianggap “dewa”nya gowes. Bromo! Bayangkan, menanjak gunung yang terletak di kabupaten Pasuruan ini bisa dari beberapa sisi.
Paling sering dan paling “enteng” adalah dari sisi kota Pasuruan. Bisa juga dari sisi Nongkojajar. Atau dari sisi Probolinggo. Bahkan dari sisi Malang via Jemplang juga bisa.
Hari Minggu, 8 November, Freedom Cycling Club mengadakan gowes bareng ke Wonokitri, Bromo via kota Pasuruan. Banyak cycling couple yang ikut gowes bareng ini.
Kemarin kisah seru dari pasangan Leo Rizal Gunawan–Windy, Rahmat–Siska, dan Eric–Eveline. Hari ini, kisah seru saling tinggal dari Henry-Jenny. Juga pengalamana kedua dari Adit-Earline. Stanley-Feby naik turun demi sampai puncak. Seperti apa cerita mereka?
Henry Tanaja – Jenny Hartanto
Ditinggal di Tanjakan, Disambut di Finis
Namanya suami istri pasti saling support. Begitu pula Henry dan Jenny. Sejoli ini penggila olahraga. Bahkan Jenny sudah berulang kali mengikuti even lari maraton di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sedangkan Henry sudah lama hobi gowes. Nah, dirinya mengajak sang istri untuk olahraga gowes sebagai selingan lari. Gayung pun bersambut, Jenny mau dan dibelilah BMC Teammachine SLR01.
Di Surabaya, kerap mereka latihan bersama. Karena kesibukan kerja, kadang Jenny latihan gowes bersama teman-temannya. Banyak rute tanjakan yang telah dilahapnya.
Tapi mereka belum pernah gowes menanjak ke Wonokitri, Bromo berdua. “Nah, daripada berduaan saja lebih baik ramai-ramai bersama teman-teman FreedomCC,” bilang Henry.
Pada kenyataannya, Henry dan Jenny tidak gowes menanjak bersama. “Jenny bersama kawan-kawannya di depan. Sedangkan saya lebih santai bersama teman-teman Freedom. Cuaca juga mendukung. Tidak panas, ada kabut dan sedikit mendung,” bilang Henry lantas tertawa.
Tapi begitu sampai ke Wonokitri, Jenny telah siap menyambut Henry dan membawakannya minuman. Mereka berdua lega dan sangat gembira bisa foto bareng di Wonokitri, Bromo.
Henry kagum dan mengakui bahwa istrinya memiliki endurance lebih baik darinya akibat sering mengikuti even maraton. Dia juga sangat terkesan dengan kekuatan dua cyclist yakni Aris Subekti dan Go Suhartono (Ko Hay).
“Mereka sudah finis duluan lantas turun lagi memberi semangat cyclist lain. Dan itu dilakukannya berulang kali. Saya aja gowes sekali udah capek kok padahal usia saya lebih muda,” ujar pengguna Giant TCD ADV SL ini terheran-heran.
Aditya Kisae Saputro–Earline Handojo Darmosuwito
Yang Kedua Yang Lebih Menyenangkan
Tujuannya apa gowes ke Wonokitri, Bromo ini? “Mau foto di plakat BNI di Wonokitri!” jawab Adit spontan yang diangguki oleh Earline ini. hahaha… Memang plakat itu sangat tenar di kalangan cyclist.
Rasanya belum sah finis di tanjakan setinggi 2.000 meter di atas permukaan laut ini apabila belum punya foto di depan plakat ini!
Begitu FreedomCC mengeluarkan agenda gowes ke Wonokitri Bromo, langsung Adit dan Earline daftar. “Ini kali kedua kami menanjak. Lebih enak ramai-ramai ada teman apalagi ini acaranya FreedomCC jadi pasti terjamin snack, marshal, dan mobil loading-nya,” bilang Adit.
Ini bukan kali pertama pasangan ini gowes ke Wonokitri, Bromo. Tapi Adit mengaku bahwa kali ini, Earline lebih bisa enjoy gowes. “Saya sudah latihan memanjak jadi kali ini saya merasa lebih nyaman dan enjoy. Gowes nanjak sambil dengerin lagu. Apalagi kali ini banyak fotografer. Jadi semangat gowesnya karena difoto-foto dan terus off saddle biar keren,” bilang Earline bangga.
“Bener nih, Earline mulai enjoy. Kali ini ngomel-ngomelnya tidak sebanyak gowes pertama dulu. Mungkin terbius dengan pemandangan bagus dan cuaca yang bersahabat, yah!” bilang Adit lantas tertawa.
Stanley Radita–Feby Vincentsia
Naik Turun Demi Mencapai Puncak
Sejoli ini sadar bahwa dirinya nekat. Baru tiga minggu gowes sejak 17 Oktober, tapi tanggal 8 November diajak ke Bromo mereka berdua langsung mengangguk setuju!
“Gara-gara diajak teman-teman. Mereka sudah berpengalaman. Saya pikir jika ditolak sayang juga. Karena kali ini gowes barengnya FreedomCC jadi pasti terjamin semuanya mulai pengamanan, makan, snack, hingga marshal,” bilang Stanley.
Saat niat ini disampaikan ke Feby, sang istri pun menggangguk setuju! Relatif tanpa persiapan apa-apa. Stanley diajak hari Sabtu jam 3 sore. “Kepikiran banget, malamnya tidak bisa tidur,” bilang Stanley lantas tertawa.
Ketika awal gowes tidak ada masalah. Tapi ketika melewati Pasrepan, Stanley mulai merasakan bahwa tanjakan ini berat. Beberapa kali dirinya harus beristirahat karena kaki kram.
Stanley sempat bertemu papasan dengan cyclist yang sudah gowes turun. Dia mengira finis sudah dekat. Ternyata masih 10 km lagi. “Saya terus berusaha hingga kurang dua kilometer saya sudah tidak kuat akhirnya loading,” tutur Stanley yang menggunakan Pinarello Dogma F12 ini.
Sedangkan Feby yang menggunakan sepeda Alex Moulton menikmati tanjakan menuju Wonokitri, Bromo ini. Tapi ketika kurang 5 km dari finis, Feby menyerah.
“Saya sempat loading. Tapi kurang dua kilometer saya turunkan sepeda dan gowes lagi sampai finis. Tanjakan terakhir hampir pingsan saya saking tingginya. Akhirnya saya tuntun, deh!” tutur Feby lantas tertawa tapi puas banget bisa sampai ke Wonokitri.
Meski harus naik turun demi mencapai finis, Stanley dan Feby berhasil foto di plakat BNI kebanggan para cyclist yang gowes ke Wonokitri itu. Mereka berdua bertekad latihan lebih giat. “Terutama latihan nanjak!” tutur Stanley.
Berbagai tanjakan sudah masuk dalam bucket list mereka. “Saya ingin gowes nanjak ke Batu, Cangar, Pacet, dan Nongkojajar,” tutup Feby.