Seru, FGD Klasterisasi Ekowisata Jatim–Bali
FGD Pengembangan Klasterisasi Destinasi Ekowisata Jawa Timur - Bali langsung to the point! Semua stakeholder diajak rembuk bersama.
Semua diajak fokus merumuskan formula sakti untuk mengembangkan area ekowisata Jawa Timur - Bali dari Ballroom Hotel Santika, Banyuwangi, Jumat 2 Oktober.
Yang hadir juga orang-orang spesial. Kemenpar mengutus dua Asdep sekaligus. Yang pertama Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Alexander Reyaan. Satunya lagi Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Indra Ni Tua.
Banyuwangi dikawal Bupatinya langsung, Azwar Anas. Anas didampingi Kadispar Banyuwangi MY Bramuda.
Kementerian KLHK diwakili Kepala Balai Besar KSDA Jatim Nandang Prihadi. Di deretan lain, ada Asisten II Bupati Jembrana I Gusti Putu Mertadana, Ketua East Java Ecotourism Forum Agus Wiyono, serta Ketua Tim PP Geopark Kemenpar Yunus Kusumahbrata. Semuanya pengambil kebijakan. Semuanya punya pengaruh yang sangat kuat.
“Kalau mau mengembangkan klasterisasi destinasi ekowisata Jawa Timur – Bali, kuncinya ya harus sinergi. Semua berkolaborasi, bukan berkompetisi,” tutur Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Alexander Reyaan.
Sinergi ini diyakini bakal sangat ampuh. Sangat powerful. Menpar Arief Yahya kerap mengatakan sinergi akan menghasilkan 1 + 1 = 3, bukan 2. Artinya, “the whole is bigger than the parts.” Hasil gabungan lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya. Dengan sinergi, maka kekuatannya akan berlipat-lipat.
Jawa Timur punya empat Taman Nasional yang sudah sangat nge-hits. Ada Taman Nasional Baluran dengan savana yang sangat mirip dengan kondisi alam benua Afrika.
Ada Taman Nasional Meru Betiri yang terkenal akan konservasi beragam spesies penyu. Ada Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BTS) yang kerap dijadikan setting film maupun program dokumenter dari berbagai media. Ada juga Taman Nasional Alas Purwo yang punya Padang Savana hingga Pantai Plengkung atau G-Land.
Sementara tetangga di seberang pulau, punya Taman Nasional Bali Barat. Selain ekosistem hutan mangrove, evergreen, savana, coral reef, padang lamun, serta pantai berpasir, Bali Barat juga punya P’lataran L'harmonie. Brand-nya sudah masuk top 100 Top Destinasi Hijau dunia.
“Ini kekuatan besar. Kalau digabungkan, akan menghasilkan impresi yang sangat tinggi dan powerful,” tambahnya.
Kepala Balai Besar KSDA Jatim Nandang Prihadi juga siap mem-back up. “Seluruh hutan di Indonesia intinya bisa digunakan untuk keperluan pariwisata. Yang penting tidak merubah bentang alam, tidak merubah fungsi, dan manfaatkan 10% lahan. Kami pasti support. Apalagi memberikan dampak ekonomi yang besar untuk masyarakat,” ucap Kepala Balai Besar KSDA Jatim Nandang Prihadi.
Bupati Banyuwangi Azwar Anas malah punya frame pemikiran yang lebih nyentrik. Dia mendorong wilayah-wilayah di Bali Barat dan sekitar Banyuwangi berkolaborasi. Meng-create event bersama yang berujung pada frame single destination.
“Kekuatan antarwilayah itu bisa menjadi competitives advantage. Kita bisa bikin Festival Selat Bali. Libatkan Pokdarwis dua kabupaten. Bikin fashion show di atas kapal. Bikin paket snorkling di Bali Barat, endingnya liat Blue Fire di Banyuwangi. Bisa juga sebaliknya. Ini sudah kami anggarkan. Tinggal menunggu respon Bupati Jembrana," ujar Bupati Azwar Anas.
Soal akses, Anas mengaku tak khawatir. Saat ini, Banyuwangi sudah disambangi 1600 orang per hari. Bandaranya sangat representatif. Punya akses masuk yang sangat bagus. Dan tidak lama lagi, Bandara Banyuwangi bakal berubah jadi internasional airport.
“Bali Barat kan jauh dari Denpasar. Sekitar lima jam jalan darat. Tapi tetangga di seberangnya punya akses udara. Punya Bandara Banyuwangi. Bali Barat tinggal melengkapi akses laut via kapal cepat supaya wisatawan yang masuk Banyuwangi, bisa nginep di Bali Barat. Jadi sama-sama diuntungkan,” paparnya.
Menpar Arief Yahya sependapat dengan Bupati Anas . Bagi dia, pariwisata itu borderless. Tidak mengenal batas-batas teritorial. Pariwisata itu hubungan antar manusia. People to people relationship.
"Itu sudah betul. Saya selalu bilang, ketika CEO-nya committed, everything goes easier, faster and better. Jangan lupa, 50% sukses pariwisata daerah itu berasal dari CEO Commitment. Keseriusan, keberpihakan, dan kejelasan pimpinan daerahnya dalam mengurus pariwisata. Dengan komitmen dan dukungan CEO serta seluruh stakeholder, tidak mustahil target 20 juta wisman pada 2019 akan tercapai!,” ucap Menpar Arief Yahya. (*)
Advertisement