Jangan Terlambat, Deteksi Dini Penting Bagi Kanker Kolorektal
Kesadaran masyarakat terhadap kanker kolorektal atau kanker yang tumbuh di usus besar (kolon), belum begitu baik. Hal ini tercermin dari banyaknya pasien kanker kolorektal yang baru memeriksakan diri ke dokter ketika sudah memasuki stadium lanjut. Padahal keterlambatan sangat mempengaruhi harapan hidup pasien kolorektal.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Darah dan Kanker Adi Husada Cancer Center (AHCC), Dr. Made Putra Sedana, Sp. PD.KHOM mengatakan, kanker kolorektal bermula dari polip yang berada di dalam kolon maupun rektum. Polip di alam kolon ataupun rektum yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi kanker kolorektal di kemudian hari.
Skrining memungkinkan dokter untuk menemukan polip di dalam tubuh pasien. Dengan begitu, dokter bisa memberikan pengobatan sejak dini kepada pasien agar polip tersebut tidak berkembang menjadi kanker.
"Beberapa faktor risiko yang bisa memicu pertumbuhan kanker salah satunya ialah pengaruh usia. Risiko kanker kolorektal akan meningkat seiring bertambahnya usia," jelasnya.
Kanker ini diperkirakan diidap oleh 9 di antara 10 orang yang berusia 40 tahun atau lebih. Selain itu, faktor keturunan juga memiliki andil. "Misalnya, orang yang anggota keluarganya mengidap kanker atau polip kolorektal memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap kanker yang sama," terang Made Putra Sedana.
Selain itu, lanjutnya, pengaruh gaya hidup seseorang seperti kurang berolahraga, kekurangan asupan serat, konsumsi minuman keras, kelebihan berat badan, obesitas, atau merokok juga memiliki potensi terserang kanker kolorektal.
"Gejala kanker ini biasanya baru disadari saat kanker sudah berkembang jauh. Gejala memang tergantung dimana letak kanker itu tumbuh. Tanda dan gejala yang umumnya terjadi meliputi Diare atau konstipasi serta proses buang air besar (BAB) yang terasa tidak tuntas," ungkap Made Putra Sedana.
Gejala lain yang muncul antara lain, darah pada tinja (biasanya tidak banyak) serta tinja yang disertai lendir. "Mual, muntah, sakit perut, lemas dan cepat lelah. Seseorang juga mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas," ujar Made Putra Sedana.
Pemeriksaan secara rutin patut dilakukan untuk berjaga-jaga. Beberapa pemeriksaan yang dipakai guna memastikan ada atau tidaknya kanker kolorektal adalah Kolonoskopi.
“Pemeriksaan ini merupakan evaluasi kondisi bagian dalam rectum dan usus besar,” jelas Made Sedana.
Selanjutnya adalah pemeriksaan Biopsi atau pengambilan sampel jaringan pada sel-sel abnormal untuk diperiksa di laboratorium. "Biopsi dilakukan untuk memastikan diagnosis. Serta ada USG, rontgen, CT, dan MRI scan untuk melihat tingkat penyebaran kanker dan menentukan tahap perkembangan kanker tersebut," sambung dia.
Diagnosis dan pengobatan kanker kolorektal lebih awal akan meningkatkan kemungkinan kesembuhan pasien.
Namun, jika kanker sudah berkembang pada stadium lanjut, langkah pengobatan akan dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus meringankan gejala-gejala yang dialami oleh pasien.
Sama halnya seperti kanker-kanker lain, pengobatan kanker kolorektal biasanya meliputi operasi, kemoterapi, dan radioterapi.
“Kombinasi ketiga langkah pengobatan tersebut tergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan pasien serta tingkat perkembangan dan penyebaran kanker,” pungkas Made Putra Sedana.