Sering Bermasalah, PDAM di Pulau Giliketapang Riwayatmu Kini
Sudah sekitar dua pekan pasokan air bersih melalui pipa bawah laut milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Probolinggo ke Pulau Giliketapang terganggu. Bukan sekali ini saja jaringan air bersih untuk warga di pulau nelayan itu terganggu, hampir setiap tahun kasus serupa tersebut terjadi.
“Rutin setiap tahun ada gangguan pasokan air bersih ke Giliketapang. Biasanya pipa rusak akibat terseret jangkar kapal tongkang,” ujar Kepala Desa (Kades) Giliketapang, Badrul Munir, Kamis, 5 Januari 2023.
Kasus terputusnya pipa PDAM, kata kades, sering terjadi saat angin muson barat atau saat musim hujan. Saat itu diwarnai dengan ombak besar. Akibatnya, kapal-kapal tongkang yang sedang lego jangkar terseret ombak.
“Jangkar kapal biasanya menyeret pipa PDAM di dasar laut. Sering terjadi tetapi tidak ada upaya pencegahan,” ungkap Badrul Munir.
Biasanya, pihak PDAM bisa memperbaiki pipa yang rusak paling lama sepekan. Tetapi kali ini, sejak pipa bawah laut rusak, 24 Desember 2022 silam hingga kini belum juga selesai diperbaiki.
“Kali ini lumayan lama, sudah dua minggu tetapi kerusakan pipa bawah laut belum juga selesai diperbaiki,” kata Thoif, warga Giliketapang.
Sementara itu terkait rusaknya jaringan pipa PDAM, Ngopibareng.id menerima laporan kronologis dan progres gangguan akibat bencana pipa distribusi air PDAM untuk warga Giliketapang. Dilaporkan, pada 23 Desember 2022 lalu terjadi dua kejadian di Pulau Giliketapang.
Pertama, terjadi tanah longsor di Pantai Giliketapang tepatnya di RT 16 dan 17 akibat hantaman badai. Kedua, tiga kapal tongkang yang sedang lego jangkar terbawa gelombang di atas perpipaan bawah laut PDAM.
Yang jelas, longsor menyebabkan pipa distribusi air PDAM terputus. Air tidak dapat mengalir ke Pulau Giliketapang dengan indikator tekanan manometer di Dusun Bandaran, Desa/Kecamatan Dringu menunjukkan ambang tinggi.
Hasil pengecekan menunjukkan, pipa mengalami kerusakan sepanjang 300 meter akibat longsor. Terinci, 200 meter pipa hancur dan sekitar 100 meter lebih pipa hilang. Adapun kondisi pipa bawah laut belum terdeteksi karena faktor cuaca.
Laporan itu juga menyebutkan, tim menemukan titik kerusakan pipa bawah laut di kedalaman 19 meter. Hal ini diduga akibat terseret jangkar kapal tongkang di perairan Pulau Giliketapang. Pipa menunjukkan tertekuk hingga membentuk siku.
Padahal akibat kerusakan pipa itu dampaknya luar biasa bagi sekitar 8.500 jiwa warga Giliketapang. Soalnya, di pulau yang berjarak sekitar 8 kilometer dari utara Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo tidak terdapat sumber air tawar.
“Karena berada di pulau kecil di tengah laut, semua sumur di Giliketapang airnya payau. Itu pun tidak semua keluarga di Giliketapang punya sumur,” ujar Thoif.
Sejak PDAM memasok air bersih ke Giliketapang, sebagian warga tidak lagi merawat sumur-sumur gali di rumahnya. Bahkan ada yang sengaja menimbun sumur galinya dengan tanah, sebagian lagi membiarkan sumurnya dangkal dan kotor sehingga tidak bisa difungsikan.
Padahal untuk membuat sumur gali di Giliketapang jelas tidak mudah, dan tentu saja menelan biaya puluhan juta. “Giliketapang itu pulau karang, untuk menggali sumur tentu saja perlu kerja keras dan biayanya puluhan juta,” kata Thoif.
Untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK), warga Giliketapang masih bisa memanfaatkan air sumur yang payau, selain air laut. “Kalau untuk memasak dan air minum, ya kami mengandalkan air PDAM. Kalau pun terpaksa kami memanfaatkan air hujan yang ditampung. Jika terpaksa sekali, ya kami beli air minum galon,” paparnya.
PDAM Sejak 2009
Pasokan air bersih melalui pipa PDAM menjangkau Pulau Giliketapang sejak 2009 silam. Air bersih di pulau seluas sekitar 61 hektare itu disalurkan melalui pipa bawah laut sepanjang 7 kilometer dari Dusun Bandaran, Desa/Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Sumbernya berasal dari Ronggojalu di Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo.
Melalui proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) tahun 2009 yang didanai APBN sebesar Rp7 miliar ditambah APBD Kabupaten Probolinggo senilai Rp4 miliar, warga Giliketapang akhirnya bisa menikmati air bersih yang dikelola PDAM.
Dana APBN diperuntukkan untuk pembangunan pipa bawah laut dan menara air, sementara dana APBD untuk membangun pipa di daratan dan jaringan pipa distribusi termasuk pemasangan sambungan rumah.
Karena melintasi pipa di dasar laut sepanjang 7 kilometer, air kemudian disedot ke menara air di Pulau Giliketapang. Karena biaya penyaluran air ke Giliketapang memakan biaya besar, tarif air PDAM di pulau tersebut lebih mahal dibandingkan di Probolinggo.
Bagi warga Giliketapang, tarif air yang lebih tinggi tidak menjadi masalah daripada mereka harus membeli dan mengangkut air bersih dari kawasan Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo. Hal itu biasa mereka lakukan sebelum PDAM memasok air bersih ke Giliketapang.