Seribuan WNI Gabung ISIS, Tersebar di Filipina hingga Afghanistan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut terdapat sedikitnya dua ribu warga negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan ISIS. Mereka kini tersebar di sejumlah negara, seperti Irak, Suriah, Filipina, dan Afghanistan. BNPT juga menyebut terjadi pergeseran dukungan dari ISIS ke Taliban di antara kelompok radikal di Indonesia.
Data BNPT
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar memaparkan data tersebut di depan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR, Rabu 15 September 2021.
"Foreign terorist fighter ini berkaitan dengan WNI yang terjebak propaganda ISIS dan mereka telah berangkat bersama istri dan anak," kata Boy menyebut sumber data berasal dari kerja sama dengan jaringan intelijen, dikutip dari cnnindonesia.com, Rabu 15 September 2021.
Tersebar di Irak hingga Afghanistan
Menurut Boy, terdapat 2.113 WNI yang berangkat ke Irak dan Suriah. Sebanyak 111 orang di antaranya meninggal, 195 orang kembali ke Indonesia, 556 dideportasi, dan 1.251 masih berada di zona konflik.
Selain itu, sebanyak 35 WNI berangkat ke Filipina. Sebanyak 13 orang di antaranya ada di zona konflik, 11 orang meninggal, empat pulang ke Indonesia, dan tujuh orang dideportasi.
Selanjutnya, terdapat 23 WNI yang kini ada di Afghanistan. 10 orang di antaranya ada di zona konflik yang juga relokasi dari Suriah, dua meninggal, dan 11 dideportasi.
Terdapat pula sebanyak 529 WNI di Suriah dan tersebar di 115 kamp pengungsian. Sebanyak 21 WNI mendekam di penjara, 16 WNI berada di perbatasan Turkis, dan 337 WNI belum diketahui keberadaanya.
Pantau Media Sosial
Selain mendata tentang sebaran WNI yang termakan propaganda ISIS, BNPT juga memantau sebanyak 339 grup atau kanal di media sosial.
Kanal yang didata per Agustus 2021 tersebut berkaitan dengan konten radikalisme serta terorisme. Kanal tersebut tersebar di aplikasi Telegram, Facebook, juga Whatsapp.
Geser Dukung Taliban
Pada kesempatan yang sama, Boy menyebut jika terjadi pergeseran dukungan di antara kelompok radikal di Indonesia. Mereka terpecah antara ISIS dan Taliban, semenjak kelompok kedua berkuasa di Afghanistan.
BNPT menduga, dukungan yang bergeser ke Taliban juga dipengaruhi sejarah pelaku teror di Indonesia di masa lalu. Di antaranya seperti Ali Imron, Imam Samudera, Hambali, yang disebut Boy lahir di Afghanistan.
"Kok rasanya mereka jadi lebih dukung Taliban, kenapa kami lihat? Karena mereka sebenarnya juga ada pihak-pihak memprovokasi memberangkatkan yang mereka katakan mujahid karena punya sejarah tahun '80-an sekian," kata Boy dikutip dari detik.com.
Temuan yang berasal dari laporan intelijen tersebut kini juga menjadi perhatian dari BNPT. Mereka menyiapkan strategi melawan pemikiran dan pergeseran antara ISIS menuju Taliban tersebut. (Cni/Dtk)