Serba Kesulitan Tapi Ulama Dahulu Rajin Menulis, Ini Fakta!
Imam Bukhari pernah bilang ke muridnya bahwa beliau mengoleksi hafalan 300.000 hadis. Namun kita ketahui di Sahih Bukhari cuma terdata 7563 hadis secara keseluruhan. Di kitab Adabul Mufrad 1200an. Di tambah kitab Tarikh Kabir dan Saghir, kalau dibulatkan sekitar 10 ribuan yang berhasil ditulis. Kalau lebih ya tidak banyak. Intinya lebih banyak yang tidak ditulis.
Di masa sesudahnya mulai banyak para ulama menulis dengan segala keterbatasannya saat itu, mulai alat tulis, kertas, percetakan kitab dan lainnya. Anehnya para imam kita memiliki puluhan karya kitab yang jilidnya tebal-tebal, bahkan ada yang ratusan karya tulis.
Kapan mereka produktif menulis? Al-Hafidz Ibnu Al-Jauzi menjelaskan:
وينبغي اغتنام التصنيف في وسط العمر؛ لأن أوائل العمر زمن الطلب، وآخره كلال الحواس
Dianjurkan memperbanyak tulisan di pertengahan usia. Sebab usia muda adalah waktu mencari ilmu dan usia tua adalah melemahnya panca indra (Shaid Al-Khathir, 182)
Dan jika sudah nikmat menulis ternyata tidak bisa menghentikan ketagihan menorehkan pena-pena ilmu, seperti yang dialami Syekh Muhammad bin Abdurrauf Al-Munawi (1545-1622 M):
من كبار العلماء الذين شاركوا في فنون عديدة انقطع للبحث والتصنيف فمرض وضعف، فجعل محمد يستملي منه تأليفه . له نحو ٨٠ مؤلفاً منها كنوز الحقائق فيض القدير شرح الجامع الصغير مختصر التيسير الترمذي سيرة عمر بن عبد العزيز شرح ألفية العراقي شرح القاموس المحيط وغيرها.
"Ia termasuk ulama yang memiliki banyak karya ilmu. Ia berhenti membahas dan menulis kitab lalu sakit dan jadi lemah. Lalu ia menyuruh untuk didiktekan dan ditulis. Karyanya sekitar 80 kitab, seperti Kunuz Haqaiq, Faidh Al-Qadir, Mukhtashar Taisir, Sirah Umar bin Abdul Aziz, Syarah Alfiyah Al-Iraqi, Syarah Qamus Al-Muhith dan lainnya (Syasyat Al-Muallifin Maktabah Syamilah)
Bagi saya tidak ada alasan untuk tidak menulis meskipun banyak kesibukan. Sebab sudah tersedia laptop, hp, bahkan sudah ada aplikasi tex voice, bersuara lalu keluar tulisan sesuai bahasanya. Bagaimana akses Kitab? Sudah banyak perpustakaan, yang lebih praktis versi website, PDF dan sebagainya.
Alhamdulillah berkumpul dengan para penulis kitab Arab jadi termotivasi untuk terus menulis. Kalau memiliki waktu tapi tidak dipakai menulis kitab, ya minimal menulis status...
Jazaa Allahu Al-Falah, Alfa alfi Jaza'
Masa terberat di Pondok Ploso adalah kelas Alfiyah. Bayangkan, hampir kebanyakan pesantren lain menyelesaikan Alfiyah selama 2 tahun. Di Pondok Ploso hanya 1 tahun! Sehari 8 Bait (syair) Alfiyah dengan redaksi kitab Al-Asymuni Syarah Ibni Malik.
Ini bukan cara instan, ini bukan kaleng-kaleng. Ini juga bukan metode kilat. Tapi sistem yang diterapkan oleh Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari dan diabadikan oleh KH Jazuli Ustman. Seharian sampai malam masih dilanjutkan pendalaman materi. Tidak cukup di situ, tengah malam masih dilanjutkan dengan munajat, salat Hajat.
Saya menjalani Alfiyah di Ploso pada tahun 1998. Bait-bait Alfiyah ada yang mudah dipahami dan banyak yang sulit dimengerti. Sebab bagi saya Alfiyah adalah pedoman gramatika Arab untuk menyusun karya Arab dan mengupas kedudukan kerumitan kosa kata syair-syair Arab.
Alhamdulillah semalam dua anak perempuan saya telah wisuda Alfiyah. Saya berpesan ke anak saya: "Nak, ayah baru bisa memahami sebagian kerumitan Alfiyah itu setelah baca-baca kitab Tafsir, di situ Imam Asy-Shawi banyak menyebut Alfiyah ketika menjelaskan i'rab ayat-ayat Al-Qur'an."
Saya sampaikan juga pada anak-anak saya: "Kalau kau sudah ajarkan Alfiyah nanti Allah bukakan pintu kepahaman. Sebab hari ini kau telah menyuburkan tanah dan menanam benih ilmu, suatu saat ketika ilmu ini disiram terus maka kau akan panen dari ilmumu".
Saya tahu dan menyadari bahwa kewajiban mendidik dibebankan pada orang tua, seperti dalam hadis:
ﺣﻖ اﻟﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻮاﻟﺪ ﺃﻥ ﻳﻌﻠﻤﻪ اﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﻭاﻟﺴﺒﺎﺣﺔ ﻭاﻟﺮﻣﺎﻳﺔ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺮﺯﻗﻪ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎ (اﻟﺤﻜﻴﻢ ﺃﺑﻮ اﻟﺸﻴﺦ ﻓﻲ اﻟﺜﻮاﺏ ﻫﺐ) ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺭاﻓﻊ.
"Hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua adalah mengajarkan tulis menulis, berenang dan memanah. Serta tidak memberi makan kecuali dengan rezeki yang baik" (HR Al-Hakim, Abu Syekh dan Baihaqi dalam Syuabul Iman dari Abu Rafi')
Namun saya tidak sanggup memenuhi tugas ini. Saya pun menyerahkan anak-anak saya ke guru-guru saya yang dahulu juga mendidik saya, Al-Falah Ploso, Kediri. Hasilnya insyaallah di luar prediksi saya jika anak-anak ini saya didik sendiri.
Saya haturkan terima kasih yang tak terhingga dengan untaian kata-kata jazakumullah Khairan katsiran untuk para kiai, gus, ustaz, pengurus pondok dan semua yang telah terlibat mendidik anak-anak kami di Ploso.
Ust Ma'ruf Khozin, alumnus Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri. Kini, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Suramadi. "Alhamdulillah bisa sowan Yai Huda dan Gus Kautsar".