Serangan Pemerintah Suriah Tewaskan Lebih dari 200 Warganya
Kelompok oposisi utama Suriah hari Selasa 20 Februari kemarin menyebut serangan pemerintah di Ghouta Timur sebagai “pertumpahan darah” dan “kejahatan perang. Mereka mengatakan, mereka mungkin akan keluar dari perundingan damai yang didukung PBB sebagai bentuk protes.
Serangan udara, roket dan tembakan artileri selama tiga hari menewaskan hampir 200 warga sipil di daerah kantung di dekat Damaskus, dengan 13 anak tewas pada Selasa pagi, kata Observatorium HAM Suriah.
Nasr al-Hariri, presiden Komisi Negosiasi Suriah (Syrian Negotiation Commission/SNC) mengatakan sudah jelas pemerintah Damaskus “tidak tertarik untuk terlibat” dalam dialog.
“Rezim Suriah dengan dukungan langsung dari Rusia dan Iran telah mengubah Ghouta menjadi pertumpahan darah perempuan dan anak-anak tidak berdosa,” ujar Hariri kepada reporter di Brussel setelah perundingan dengan para pejabat Uni Eropa (UE).
“Apa yang terjadi di Ghouta adalah kejahatan perang. Hukum internasional sangat jelas dalam masalah ini, tetapi di Suriah implementasi hukum internasional tidak ada.”
UE, yang menjamu konferensi mengenai Suriah di Brussel bulan depan, mengatakan perang selama hampir tujuh tahun tersebut hanya bisa diselesaikan melalui negosiasi. (afp/hs)