Serangan Fajar Jelang Coblosan, Warga: Memang Saya Tunggu
Serangan fajar yang dilakukan oleh sejumlah caleg menjelang pencoblosan, bukan rumor atau berits bohong, Benar benar terjadi hampir di seluruh daerah. Hanya bentuk dan teknisnya yang berbeda.
Ngopihareng.id di Jakarta juga didatangi seorang caleg untuk minta dukungan dengan menyerahkan amplop berisi uang sebesar Rp50 ribu. Kejadiannya saat ngobrol sedang ngobrol dengan warga tiba ada caleg yang datang bersama tim sukses warga setempat.
Caleg DPRD Dapil Jakarta 1 itu buru-buru minta maaf setelah ada yang membisiki yang akan diberi amplop tadi adalah wartawan.
Caleg itu mengatakan, uang yang dubagikan kepada warga bukan money politik, tapi sekedar uang transpot ke TPS
"Maaf Mas saya sekedar membantu warga untuk transpor ke TPS, bukan money politik, saya taat aturan, jangan dibesar besarkan ya Mas," ujar caleg yang memiliki beberapa gelar akademis.
Caleg yang didampingi dua orang tim sukses langsung meninggalkan kerumunan warga sambil membisikan sesuatu.
Beberap warga di Jakarta Barat, mengaku terang terangan mereka mendapat amplop dari beberapa caleg yang nilainya bervariasi antara Rp50 ribu sampai Rp100 ribu bahkan berupa minyak goreng dalam kemasan 1 liter.
"Warga kampung sini tidak menolak serangan fajar, bahkan serangan fajar itu kami tinggu," ujar perempuan warga Kebun Jeruk Jakarta Barat, Selasa malam 13 Februari 2024.
Kata warga yang lain serangan fajar itu hanya istilah, tidak harus dilakukan menjelang fajar,
tapi rata rata dilakukan malam hari pada H-1. Caleg menyebutnya sebagai transpot ke TPS.
Fakta di Surabaya
Beberapa sumber di Surabaya juga menyebutkan money politik bukan lagi barang 'haram', karena saling membutuhkan. Warga butuh uang sedang caleg butuh suara maka terjadilah transaksional.
Seorang warga Kelurahan Menur Surabaya Timur mengaku terus terang kalau baru menerima amplop dari seorang Caleg DPRD Surabaya Sebesar Rp50 ribu.
"Satu rumah lima orang dapat semua, lumayan," katanya.
Ia menyebut amplop itu dibagikan kepada warga melalui tim suksesnya.
Pembagian amplop serupa juga terjadi di daerah Rungkut, Sukolilo di daerah yang lain.
Sementara beberapa Caleg yang akan berkontestasi di Pemilu yang digelar hari ini 14 Februari 2024, menyampaikan,
serangan fajar bukan rahasia lagi, sudah menjadi pasar bebas. Pengalamannnya ketika bersilaturahmi ke warga, pertama yang ditanyakan bukan siapa dari partai mana, apa visi dan misinya, tapi datang dengan mebawa apa.
Mereka membandingkan dengan pemilihan kepada desa yang juga diramaikan dengan bagi bagi uang.
"Bukan ngomongin caleg lain, pengalaman saya sendiri, kalau mengunndang warga tanpa janji akan diberi sesuatu, tidak ada yang datang," ujar seorang Caleg yang mengaku telah menghabiskan dana sekitar Rp1,2 miliar. Habisnya banyak. Karena berada di dapil 'neraka' harus bersaing dengan caleg yang kuat kuat, katanya.
Pengamat sosial Universitas Indonesia Evi Rahmawati, dihubungi terpisah berpandangan memang seperti itu potret sosial masyarakat. Ia butuh uang, tidak peduli kalau antara pemberi dan penerima amplop yang ada kaitannya dengan Pemilu ada sanksinya.
Respon yang sama juga disampaikan pengamat Pemilu Rai Rangkuti. Ia malah mempertanyakan pernystaan Bawaslu yang katanya akan melototi sersngan fajar selama 24 jam.
"Caleg yang membagikan amplop jelang coblosan memang dilakukan secara sembunyi sembunyi. Tetapi warga peneruma bercerita ke mana mana, karena kegirangan dapat uang," kata Rai, Rabu 14 Februari 2024.
"Caleg yang telah melakukan serangan fajar, jangan jumawah, orang yang anda beri uang itu belum tentu milih anda kalau ada caleg yang memberi dengan jumlah yang lebih besar.
"Jangan salahkan warga karena para caleg itu sendiri yang menciptakan politik uang," kata Rai.