Sepinya Pembeli Hantui Penjual Bendera Keliling di Jakarta, Kalah dengan Toko Online
Sudah sepekan Maftuh meninggalkan desanya di daerah Kuningan Jawa Barat, mengembara ke Jakarta sambil berjualan bendera merah putih. Ia memanfaatkan momentum peringatan 79 tahun Republik Indonesia Merdeka. Tidak sendirian, Maftuh bersama beberapa orang temannya yang setiap Agustus berjualan bendera.
Mereka menyebar di beberapa titik di wilayah Jakarta. Secara tidak sengaja waktu berkeliling terkadang berpapasan dengan temannya. Mereka berjalan beririringan sambil mendorong gerobak kecil berisi bendera berbagai ukuran, dan bambu untuk tiang bendera.
Meski terik matahari menyelimuti Kota Jakarta, Maftuh tetap bersemangat menjajakan bendera dengan berkeliling menggunakan gerobak dorong. Harapannya dagangannya berupa bendera merah putih, umbul-umbul dan pernik untuk menyemarakkan HUT ke 79 Kemerdekaan RI, terjual habis.
Hasil penjualan bendera diakui belum memenuhi harapan, akibat sepinya pembeli Maftuh tetap menjajakan benderanya dengan keluar masuk kampung di daerah Rawa Belong, Senayan dan Palmerah dan Jakarta Barat. "Dijalani saja, hari ini sepi pembeli siapa tahu besuk ramai," kata Maftuh menghibur diri.
Maftuh menawarkan berbagai ukuran bendera dan umbul-umbul dengan harga yang bervariasi. Bendera ukuran kecil untuk sepeda motor dan mobil dijual seharga Rp 5.000, sementara harga bendera lainnya berkisar antara Rp20.000 hingga Rp 50.000. Umbul-umbul ditawarkan seharga Rp 35.000 hingga Rp 45.000, dan bendera dengan panjang 4 meter dijual sekitar Rp 75.000. Sedang tiang bendera dari bambu harganya Rp25 ribu per batang.
Mengingat HUT ke-79 Kemerdekaan RI semakin dekat, Maftuh berharap bangsa Indonesia semakin maju dan makmur. "Semoga rakyat kecil seperti saya bisa makmur dan sejahtera," ujar Maftuh saat beristirahat di bawah pohon, setelah berkeliling menjajakan bendera.
Semangat dan ketulusan Maftuh dalam menghadapi tantangan cuaca dan penjualan memberikan inspirasi bagi banyak orang, terutama dalam menyambut hari kemerdekaan dengan semangat nasionalisme.
Para pedagang bendera konvensional mengeluhkan sepinya pembeli. Hal itu karena mereka kalah bersaing dengan pedagang yang berjualan melalui online.
Sugik pedagang bendera asal Palimanan Cirebon Jawa Barat, mengaku penghasilannya di tahun ini menurun drastis dibanding tahun sebelumnya. "Sepi nggak kaya tahun lalu. Hari ini aja belum laku sama sekali, pahit bener tahun ini mah," katanya
Dia menerangkan kondisi ini terjadi karena banyaknya pedagang bendera yang menjual melalui online . "Kalah sama yang jualan online, tapi mau gimana nggak bisa kami salahin juga kondisi memang gitu," ungkapnya.
Sugik menuturkan dengan adanya pedagang online, para pembeli juga lebih kritis saat melakukan penawaran. "Bendera ini saya jual Rp20 ribu sampai Rp35 ribu, kalau backdrop ini Rp 250 hingga Rp 300 ribu. Tapi ada pembeli yang cek online itu langsung protes dikasih harga segitu, ujung-ujungnya ya tetep dijual murah, habis bagaimana lagi," katanya dengan nada kecewa.
Sugik sengaja meninggalkan pekerjaan kesehariannya sebagai pedagang barang bekas, ingin memanfatkan momen menjelang HUT Kemerdekaan RI, "Tak tahunya malah jeblok," keluhnya.
Nasib serupa juga diungkap oleh Wiryo pedagang bendera Garut Jawa Barat. Dia yang membawa satu karung bendera dari Garut ini terdampak banyaknya pedagang online.
"Benar Mas, saya pribadi mah merasakan benar tahun ini sepi, tahun lalu itu sudah banyak terjual di tanggal segini. Tahun ini mau jual satu aja itu susahnya, memang cara jualan online itu yang bikin kita kalah," ungkapnya.
Demikian juga pedagang bendara yang lain, hanya bermodal tenaga. Bendera yang dijajakan itu milik pengusaha di Garut, tinggal bawa saja. Jaminannya hanya kepercayaan. Seperti tahun sebelumya, sisanya dikembalikan, hanya membayar yang sudah terjual.
"Ya Alhamdulillah aja masih ada yang beli, ini kan barangnya saya bawa langsung dari Garut, paling nanti pulang ke sana masih banyak benderanya, ya dikembalikan," ujarnya sambil tertawa.
Menurut Wiryo yang mengambil bendara dari bos Garut ini jumlahnya ratusan, menyebar ke beberapa daerah sampai luar Jawa. "Dulu saya ambil bendera di bos Cirebon, tetapi yang di Garut harganya lebih murah," katanya.
Soal keuntungan tergantung pada ukuran bendera yang laku. Kalau backdrop yang harganya Rp 250 ribu, untungnya lumayan bisa Rp50 ribuan. Bendera yang harganya Rp35 ribu, per lembar untungnya Rp 15 ribuan. "Itu kalau laku Om, pembeli kan ngecek dulu harga bendera di toko online," katanya sambil mengumbar tawa.
​
Advertisement