Sepi Pembeli, UMKM Lereng Argopuro Jember Beralih ke Pasar Online
Pelaku ekonomi kreatif di Lereng Argopuro, Dusun Sumbertengah, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember kini mencoba berjualan online. Pemanfaatan teknologi digital itu dilakukan karena penjualan secara offline terus mengalami penurunan.
Para pelaku UMKM bidang kerajinan tangan hingga pengusaha travel itu, kini sudah memiliki akun di aplikasi e-Commerce. Pembuatan akun itu dibantu oleh Mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember, pada Sabtu, 15 Oktober 2023.
Dosen FEB UNEJ Bayu Aprilianto, mengatakan Dusun Sumbertengah, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember memiliki potensi sebagai salah satu penghasil produk-produk kerajinan tangan. Sejumlah suvenir seperti lukisan kayu bakar dan pernak Pernik dapat dijumpai di desa itu.
Namun, potensi itu sampai saat ini belum dikenal masyarakat luas. Hanya wisatawan yang berkunjung ke saja yang menjadi pembeli produk mereka.
Karena itu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember membantu pengembangan usaha mereka dengan memberikan pelatihan E-Commerce.
"Kami melaksanakan pelatihan E-commerce adalah membantu para pelaku UMKM di sini dalam melakukan pemasaran secara online, banyak hasil produk dari limbah kayu yang diolah menjadi berbagai suvenir unik dan menarik untuk ditawarkan ke pasar yang lebih luas," kata Bayu.
Tak sekadar teori, para pelaku UMKM langsung dilatih membuat akun di aplikasi E-commerce. Bayu berharap para pelaku UMKM di Lereng Argopuro dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Selain itu, para pelaku yang sudah mahir menjalankan aplikasi E-commerce bisa menularkan pengetahuannya kepada pelaku atau calon UMKM lain di desanya.
“Harapannya bisa membantu pemasaran serta membangkitkan kembali semangat wirausaha masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Mereka yang kita berikan pelatihan E-commerce terdiri dari berbagai latar belakang mulai dari pengusaha yang sempat gagal, mantan nara pidana maupun para pelaku usaha lain,” pungkasnya.
Salah satu pelaku UMKM, Sufiono mengaku berkali-kali gagal menjalankan usaha karena kesulitan mendapatkan akses pemasaran. Sejauh ini, Sofiono hanya mengandalkan pemasaran secara konvensional.
"Awalnya saya belum pernah mengenal cara menjual secara online, sekarang setelah mengikuti pelatihan ini saya memahami bagaimana bisa menjual hasil produk-produk di sini melalui penjualan online," katanya.
Hal senada diungkapkan Ruddi Raharja. Rusdi sejak awal ingin berjualan secara online. Namun, karena keterbatasan pengetahuan, Rudi tidak berbuat apa-apa.
Namun, setelah mendapatkan pelatihan, Rudi menyadari bahwa membuat toko digital ternyata cukup mudah. Rudi berharap dengan berjualan di pasar digital bisa meningkatkan pendapatan.
“Baru tahu kalau membuka toko digital sebenarnya mudah. Selama ini kami tidak mengetahui caranya karena keterbatasan pengetahuan, memang butuh ilmu,” katanya.
Advertisement