Seperti Ini Prosedur Tes DNA, Tuntutan kepada Suami Zaskia Gotik
Sirajuddin Mahmud Sabang, suami Zaskia Gotik, senasib dengan aktor Rezky Adhitya. Kedua pria ini dituntut tes DNA oleh perempuan yang memiliki anak di luar nikah. Rezky Adhitya bermasalah dengan Wenny Ariani yang menuntut tes DNA putrinya bernama Kekey.
Sirajuddin Mahmud Sabang cukup mengejutkan karena dua perempuan, yakni Verano Siliyana dan Inez Gonzalez ikut menuntut tes DNA. Mereka mengklaim memiliki anak di luar nikah sebelum Sirajuddin Mahmud Sabang menikahi Zaskia Gotik.
Sebagai informasi, tes DNA adalah istilah kesehatan untuk serangkaian tes pada sampel kromosom, gen, dan protein untuk mengetahui perubahan dan kelainan dari komposisi gen seseorang. Prosedur ini juga dikenal sebagai tes genetika.
Tes DNA juga dapat dilakukan dengan cara mengambil beberapa sample seperti rambut, darah, kuku, atau cairan tubuh. Perlu diketahu, ada beberapa jenis tes DNA yang dapat dilakukan, sesuai dengan manfaatnya. Berikut ini ulasan tentang prosedur tes DNA.
Apa itu Tes DNA?
Seperti yang telah dilansir dari Hellosehat, tes DNA merupakan tes genetik yang dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada gen, kromosom, atau protein dalam tubuh. DNA (deoxyribonucleic acid) sendiri adalah molekul yang menyimpan semua informasi genetik dan membawa instruksi untuk fungsi tubuh.
Selain itu, DNA inilah yang nantinya akan menentukan jenis rambut, warna kulit, dan juga sifat-sifat khusus dari tubuh manusia. Tes tersebut nantinya akan melibatkan pengambilan sampel jaringan tubuh yang nantinya akan diteliti di laboratorium. Hampir seluruh bagian tubuh dapat digunakan untuk sampel tes, tetapi yang paling sering digunakan yaitu darah, rambut, air liur, dan kuku. Prosedur DNA tersebut dapat dilakukan yang bertujuan untuk:
mengetahui kondisi penyakit genetik yang dapat diturunkan dalam keluarga.
mengetahui apakah janin dalam kandungan memiliki risiko terhadap kelainan genetik.
mendiagnosis kondisi genetik yang menjadi dasar kemunculan gejala yang dapat dialami anak atau anggota keluarga yang bersangkutan lainnya.
memahami dan membantu dokter dalam merencanakan pencegahan atau perawatan kanker.
Jenis-jenis Tes DNA dan Fungsinya
Uji pra implantasi
Tes DNA dapat dilakukan oleh pasangan yang berencana hamil melalui program bayi tabung atau berisiko memiliki anak dengan kelainan genetik tertentu, seperti penyakit sel sabit atau fibrosis kistik.
Tes ini dilakukan dengan pengambilan beberapa sel telur yang dikeluarkan dari ovarium atau indung telur, lalu dibuahi dengan sel sperma di luar tubuh hingga membentuk bakal janin (embrio). Selanjutnya, setiap embrio akan diperiksa apakah memiliki kelainan genetik tertentu.
Uji pra kelahiran
Manfaat tes DNA lainnya adalah mendeteksi perubahan atau kelainan genetik pada kromosom janin. Jenis tes DNA ini dapat dilakukan untuk mendeteksi dini adanya penyakit tertentu pada janin, seperti down syndrom dan sindrom Edward.
Uji pembawa atau carrier testing
Tes DNA ini dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki gen atau kondisi tertentu yang mungkin akan diturunkan kepada anak-anaknya. Informasi seperti ini bermanfaat dalam membantu pasangan menentukan keputusan untuk merencanakan kehamilan.
Uji prediksi
Tes DNA ini dapat dilakukan bila seseorang memiliki orang tua atau saudara dekat yang memiliki penyakit keturunan tertentu. Uji prediksi tersebut nantinya dimanfaatkan untuk mengambil tindakan pencegahan sejak dini sebelum gejala muncul atau perencanaan proses pengobatan.
Maternity atau paternity test
Tes DNA juga dapat digunakan untuk mengetahui identitas orang tua dari seorang anak. Tes tersebut juga bisa dilakukan, baik ketika anak masih berada di dalam kandungan maupun sudah lahir. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui tes darah atau swab bagian dalam pipi.
Uji forensik
Tes DNA juga bisa digunakan sebagai salah satu pemeriksaan untuk kepentingan forensik atau proses penegakan hukum, salah satunya tes uji forensik, yang dilakukan dengan cara mengambil sampel darah untuk menentukan darah korban atau pelaku pelanggaran hukum, tes sidik jari, dan proses identifikasi bagian tubuh korban kejahatan atau peristiwa tertentu, seperti kebakaran atau kecelakaan pesawat.
Dan ada juga jenis tes DNA lain yang bisa dilakukan untuk menentukan ras seseorang secara genetik dan silsilah keluarga, asal-usul nenek moyang, serta ras leluhur. Tes DNA ini sudah bisa dilakukan di Indonesia, tetapi biaya yang perlu dikeluarkan untuk tes ini cukup besar.
Deteksi Penyakit dengan Tes DNA
Ada beberapa jenis penyakit tertentu yang memang dapat di deteksi dengan bantuan tes DNA, di antaranya:
Defisiensi alfa 1-antitripsin (A1AT)
A1AT merupakan protein yang diproduksi oleh hati dan berfungsi untuk melindungi paru-paru. Jika kekurangan A1AT, paru-paru dan hati akan mengalami kerusakan secara perlahan. Pada beberapa pasien, kekurangan A1AT dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Talasemia
Talasemia merupakan kelainan darah yang dapat diturunkan atau diwariskan dalam keluarga. Biasanya penyakit ini akan membuat tubuh penderitanya tidak bisa memproduksi hemoglobin dalam jumlah cukup atau memproduksi sel darah merah secara abnormal.
Akibatnya, sel darah merah tidak bisa membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan baik. Hal ini membuat penderita thalasemia rentan mengalami anemia dan sering membutuhkan transfusi darah.
Penyakit crohn
Penyakit Crohn dapat ditandai dengan adanya peradangan saluran pencernaan, sehingga menimbulkan nyeri perut, diare, penurunan berat badan, dan malnutrisi. Komplikasi lain yang bisa terjadi di antaranya anemia dan arthritis.
Fibrosis kistik
Penyakit fibrosis kistik merupakan kelainan yang menyebabkan lendir di dalam tubuh, seperti paru-paru, sistem pencernaan, dan organ reproduksi, menjadi lebih kental. Akibatnya, penderita fibrosis kistik berisiko mengalami gangguan pernapasan, pencernaan, malnutrisi, dan kemandulan.
Kanker
Tes DNA bisa dilakukan untuk mendeteksi risiko seseorang terkena kanker, misalnya kanker payudara. Salah satu tes DNA yang dilakukan untuk menentukan risiko kanker adalah pemeriksaan gen BRCA 1 dan BRCA 2.
Berbagai riset menunjukkan bahwa sekitar 55-72 persen wanita yang memiliki gen BRCA1 dan 45-69 persen perempuan yang mempunyai gen BRCA2 berisiko mengalami kanker payudara ketika berusia di atas 70 tahun.
Sindrom klinefelter
Sindrom tersebut dapat terjadi ketika anak laki-laki terlahir dengan tambahan kromosom X. Kondisi ini dapat memengaruhi pertumbuhan testis, sehingga menyebabkan rendahnya produksi hormon testosteron.
Anemia sel sabit
Penyakit yang terjadi ketika sel darah merah tidak berbentuk bulat normal, melainkan seperti sabit. Kondisi ini membuat sel darah merah tidak mampu membawa oksigen yang cukup ke seluruh tubuh, sehingga berdampak pada terganggunya berbagai fungsi organ tubuh.
Down Syndrome
Down syndrome atau sindrom trisomi 21 adalah kondisi genetik yang menyebabkan penderitanya tidak memiliki kemampuan untuk belajar pada tingkat tertentu. Penderita sindrom Down biasanya mempunyai karakteristik fisik yang khas.
Selain untuk mendeteksi kelainan genetik, tes DNA juga bisa dilakukan untuk menentukan jenis virus penyebab penyakit tertentu.