Sepekan, Gunung Merapi 6 Kali Erupsi
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Kamis, 2 April 2020 pukul 15.10 WIB merupakan erupsi yang ke enam selama sepekan terakhir.
Meski telah enam kali, namun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan status gunung paling aktif di Indonesia ini tetap waspada level II.
Status waspada level II sendiri telah dilekatkan pada Gunung Merapi sejak 21 Mei 2018 lalu. "Masyarakat tetap tenang, jika terjadi hujan abu, silakan mengantisipasi gangguan abu vulkanik," kata Kepala BPPTKG Jogjakarta Hanik Humaida.
Dari catatan yang ada, enam kali erupsi dalam sepekan terakhir, dimulai pada Jumat, 27 April 2020 silam. Saat itu erupsi terjadi pukul 10.56 WIB dengan tinggi kolom letusan mencapai 5 kilometer.
Tak sampai sehari, saat itu Gunung Merapi kembali erupsi pada pukul 21.46 WIB dengan ketinggian kolom erupsi mencapai 1 kilometer.
Sehari setelahnya yakni pada Sabtu, 28 Maret 2020 pukul 05.21 WIB, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas erupsi. Saat itu tinggi kolom erupsi terpantau 2 kilometer dari bibir kawah.
Di hari yang sama, 28 Maret 2020, Gunung Merapi juga kembali erupsi pada pukul 19.25 WIB. Saat itu erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 243 detik.
Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan material ke awan dengan ketinggai 1,5 kilometer pada Minggu, 29 Maret 2020 pukul 00.15 WIB. Saat itu, erupsi terekam dengan amplitudo 44 mm dengan durasi 150 detik.
Erupsi terakhir terjadi pada Kamis, 2 April 2020 pukul 15.10 WIB kemarin. Erupsi kali ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 78 mm dengan durasi 345 detik.
Pantauan BPPTKG, erupsi kali ini memiliki ketinggian letusan mencapai 3 kilometer dari puncak gunung. Akibat letusan ini, hujan abu tipis terjadi di beberapa wilayah seperti di Cangkringan, Pakem dan Turi, Kabupaten Sleman, Jogjakarta.
Suara gemuruh erupsi Gunung Merapi juga terdengar di pemukiman warga. "Suara gemuruh terdengar sampai radius 7 kilometer dari puncak. Lumayan keras sampai warga keluar rumah," ujar Mujito, warga Cangkringan, Sleman.
Advertisement