Sepakbola Harusnya Jadi Pemersatu, Bukan Pemecah Anak Bangsa
Insiden meninggalnya suporter Jakmania, Haringga Sirla di Bandung membuat PSSI dan seluruh operator liga harus melakukan evaluasi besar-besaran. Hal ini supaya tak terjadi kasus serupa yang menimpa suporter lain.
Memang dampak dari kejadian pekan ke-23 kemarin yang terjadi saat laga Persib Bandung vs Persija Jakarta membuat kompetisi harus diliburkan sementara. Terlebih adanya insiden pengeroyokan suporter yang mengakibatkan nyawa melayang.
Pengamat sepakbola, R.N. Bayu Aji turut prihatin atas insiden hilangnnya nyawa akibat sepakbola. Baginya, hal semacam ini harus segera dihentikan.
"Terkait dengan kekerasan dalam sepak bola yang menimbulkan hilangnya nyawa harus dihentikan," kata pria yang pernah menulis buku Tionghoa Surabaya dalam Sepakbola itu, kepada ngopibareng.id, Sabtu 29 September 2018.
Pria yang akrab disapa Rojil ini juga mengatakan, dibentuknya PSSI di tahun 1930 yakni untuk menyatukan anak bangsa melalui olahraga sepakbola. Bukan malah muncul adu rivalitas antar suporter, dan mengakibatkan banyak nyawa hilang.
"Sepak bola di Indonesia sedari awal dilakukan dan dibentuknya PSSI adalah untuk memersatukan anak bangsa serta alat peejuangan melalui olahraga di tahun 1930," ujar Rojil.
Hampir sepekan kejadian Haringga terjadi, ia meminta kepada PSSI maupun federasi sepakbola untuk mencari solusi yang tepat, agar masalah seperti ini tak kembali terjadi.
"Semuanya harus refleksi dan duduk bersama, baik federasi sepakbola, klub, aparat keamanan, pemda dan juga suporter untuk mencari solusi bersama. Tidak untuk justru saling mencari pembenar dan mencari kesalahan," ucap alumnus Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga tersebut. (hrs)