Seorang Yahudi Swedia Ini, Jalan Kaki 5.000 Km Buktikan Dukung Palestina
"...saya akan membuat penyelesaian terakhir dari perjalanan saya dan tiba di wilayah perbatasan Palestina yang diduduki,” tulis Ladraa di akun Instargamnya @walktopalestine.
Ekspresi dukungan seseorang terhadap perjuangan Palestina dibuktikan dengan pelbagai cara. Benjamin Ladraa, seorang aktivis Swedia. Ia memiliki misi jalan kaki sepanjang 5.000 kilometer (dari negaranya ke Palestina) sebagai bentuk kampanye pro-Palestina.
Tujuan utama dari misinya tersebut adalah untuk mengungkapkan solidaritas atas penderitaan warga Palestina, meningkatkan kesadaran internasional akan pendudukan Israel, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Orang tua Ladraa adalah seorang Yahudi. Ia memulai tersebut sejak delapan Agustus tahun lalu. Pada hari Kamis (5/7/2018), ia menyelesaikan misi perjalanannya tersebut.
“Besok saya akan membuat penyelesaian terakhir dari perjalanan saya dan tiba di wilayah perbatasan Palestina yang diduduki,” tulis Ladraa di akun Instargamnya @walktopalestine.
Dia mengungkapkan, untuk menyelesaikan misinya tersebut akan tidak lah mudah. Pasalnya, tentara Israel mungkin tidak akan mengizinkannya memasuki wilayah yang diduduki Israel. Namun jika itu benar-benar terjadi, maka ia menilai itu adalah kesempatan yang baik bagi media di seluruh dunia. Mereka bisa melaporkan bagaimana Israel menghalangi aktivis HAM memasuki Palestina.
“Jadi saya ingin semua orang menghubungi banyak surat kabar, stasiun TV, kantor berita, dan yang lainnya, dan membagikan cerita ini,” sambungnya.
Dikutip dikutip ngopibareng.id dari Daily Sabah, aksi Ladraa itu bukan lah sesuatu yang ‘ujug-ujug’. Sebelumnya, Ladraa pernah mengunjungi Palestina selama tiga pekan. Selama di sana, ia sadar bahwa Israel telah banyak melakukan pelanggaran HAM terhadap warga Palestina.
Beberapa waktu setelah itu, dia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan dan studi untuk memulai misinya, yaitu berjalan sepanjang 5.000 kilometer. Selama menjalankan misinya itu, Ladraa selalu membawa bendera, serban, dan kopiah, sebagai simbol kemerdekaan Palestina.
Untuk membiayai misinya tersebut, dia menjual apa yang dimilikinya dan menerima donasi dari mereka yang mendukungnya. (adi/nuo)