Seorang Mahasiswa di Rusia Tembaki Teman-temannya, 8 orang Tewas
Sedikitnya delapan orang tewas setelah seorang mahasiswa melepaskan tembakan ke sebuah universitas di kota Perm, Rusia, hari Senin pagi. Enam orang lainnya luka-luka. Kebanyakan yang meninggal adalah teman-teman pelaku, yang belum diumumkan namanya.
Tersangka ditahan tak lama setelah melancarkan serangan di Universitas Negeri Perm, yang berjarak sekitar 1.300 kilometer timur ibu kota, Moskow.
Komite Investigasi Rusia mengatakan, penembak itu telah diidentifikasi sebagai mahasiswa di universitas tersebut. Komite sedang melakukan investigasi terhadap insiden tersebut.
Rekaman media lokal menunjukkan para mahasisiswa yang melarikan diri dari serangan itu, dengan beberapa terlihat melompat dari jendela lantai pertama untuk melarikan diri dari kampus, kemudian mendarat dengan keras di tanah sebelum berlari ke tempat yang aman.
Para mahasiswa membangun barikade dari kursi untuk menghentikan penembak memasuki ruang kelas mereka, kata mereka.
“Ada sekitar 60 orang di dalam kelas. Kami menutup pintu dan membarikadenya dengan kursi,” kata Semyon Karyakin, seorang mahasiswa kepada Reuters..
Universitas Negeri Perm, yang memiliki 12.000 mahasiswa terdaftar, menyatakan sekitar 3.000 orang berada di kampus pada saat penembakan itu. Mereka berlarian untuk meninggalkan kampus.
Setidaknya enam orang juga terluka dalam serangan itu, kata Komite Investigasi Rusia. Belum didata semua mahasiswa yang luka-luka, juga akibat berlarian dan jatuh ke tanah. Dinas kesehatan wilayah Perm melaporkan 24 orang terluka, termasuk 19 orang akibat luka tembak. Angka-angka masih simpang siur.
Rusia memiliki batasan ketat pada kepemilikan senjata api sipil, tetapi untuk beberapa kategori senjata tersedia dan dijual untuk berburu, membela diri, atau olahraga. Senjata-senjata bisa dimiliki setelah calon pemilik lulus tes dan memenuhi persyaratan lainnya.
Pelaku penembakan di Universitas Negeri Perm ini menggunakan senjata yang dirancang untuk menembakkan proyektil karet atau plastik yang tidak mematikan. Kantor berita Associated Press melaporkan, senjata tersebut dapat dimodifikasi untuk ditembabkkan dengan amunisi lainnya. Penembakan di sekolah dan universitas relatif jarang terjadi di Rusia. Peristiwa ini adalah penembakan sekolah paling mematikan di Rusia sejak 2018. Ketika itu, seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Krimea yang dicaplok Rusia menewaskan 20 orang sebelum mengarahkan senjatanya ke dirinya sendiri.
Pada 11 Mei tahun ini, seorang remaja di Kazan membunuh tujuh anak dan dua guru di sebuah sekolah, mendorong Presiden Vladimir Putin untuk memperketat aturan kepemilikan senjata. Rusia menaikkan usia legal untuk membeli senjata api dari 18 menjadi 21 tahun setelah penembakan di Kazan, tetapi undang-undang baru itu belum berlaku. (*)
Advertisement