Pelaku Usaha Bawang Goreng Keluhkan Naiknya Harga Bawang Merah
Naiknya harga komoditas bumbu bawang merah, berdampak terhadap pelaku usaha bawang goreng. Akibat harga bawang merah yang naik hingga dua kali lipat, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mengaku mendapat untung kecil.
Hal tersebut disampaikan Puspita Dian, 33 tahun, warga Sidoarjo Kota. Saat ini harga bawang merah mencapai Rp 65 ribu per kilogram, padahal sebelumnya harga bawang merah masih di kisaran Rp 25 hingga 30 ribu per kilogram. Hal tersebut berdampak terhadap menurunnya daya beli konsumen. “Harga bawang merah naik, pengaruh ke penjualan bawang goreng saya. Pembeli ikut turun, saya pasrah ikut alur, "ucap Puspita, Minggu, 28 April 2024.
Puspita melanjutkan, sudah sepekan ini ia mengalami penurunan pendapatan dan membatasi jumlah produksi, akibat naiknya harga bawang merah. ”Ya gara-gara bawang merah naik di pasar, saya produksi gak banyak,” imbuhnya.
Untuk menyiasati kenaikan harga itu, Puspita menerapkan sistem PO (Pre-order), yakni dengan mendahulukan orderan yang sudah bertuan. “Agar modal bisa balik cepat meski untung nipis,” papar Puspita.
Biasanya, lanjut Puspita, ia menjual bawang goreng kemasan botol 120 gram seharga Rp 45 ribu, sekarang ia jual seharga Rp50 ribu. “Soalnya selain bawang merah naik minyak goreng juga naik," terangnya.
Imbas dari kenaikan harga bawang merah, Puspita yang biasa mampu menjual produk bawang goreng buatannya dalam seminggu 30 botol, kini hanya mampu terjual 14 botol dalam sepekan. “Alhamdulillah, pelanggan setia tidak ada masalah tetap support, yang pembeli tidak tetap yang berkurang drastis," tutupnya.
Hal serupa juga dikatakan Imronatin, 45 tahun, warga Tarik, Sidoarjo. Bawang goreng produksinya menggunakan bawang merah dari Probolinggo yang dikenal dengan kualitas terbaik karena tidak mengandung banyak air.
Kenaikan harga bawang merah sangat berdampak di usaha saya. Bahkan tidak hanya kenaikan bawang, kenaikan harga minyak goreng juga berpengaruh," kata Imronatin.
Masih dikatakan Imronatin, naiknya harga bawang merah mengakibatkan daya beli konsumen turun hingga 50 persen dari sebelumnya. Sebelum harga bawang merah naik, ia mampu menjual 10 kemasan setiap minggunya, namun saat ini Imronatin hanya bisa menjual sekitar 5 kemasan per minggunya.
Namun ia tak menyerah dengan hal itu. Ia tetap memproduksi bawang goreng dengan jumlah yang sama sekali produksi. Dalam sekali produksi, Imronatin menggunakan minimal 10 kilogram bawang merah.
Pengusaha ini terpaksa menaikkan harga jual produk buatannya untuk menyiasati mahalnya harga bahan pokok bawang merah. "Karena harga bawang merah naik, saya gunakan strategi harga bawang goreng menyesuaikan bahan baku. Jika harga bawang merah naik, maka harga bawang goreng juga saya naikkan begitupun sebaliknya. Alhamdulillah masih mendapatkan untung," tuturnya.
Ia memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produknya. Selain itu, ia juga menjual melalui sentra komunitas UMKM, kantin Puskesmas Kemuning, Kecamatan Tarik. ”Saya jual dengan harga mulai dari Rp 13 hingga Rp 75 ribu, tergantung kemasannya,” tutupnya.