Sensasi Nasi Pecel Rawon Pasar Pucang Surabaya, bikin Penasaran
Cukup lama tidak ke Pasar Pucang Anom Surabaya, sempat kaget melihat orang berkerumun di depan pertokoan sampai meluber ke jalan.
Beberapa kendaraan terlihat mengurangi kecepatan, dipengaruhi rasa ingin tahu, apa yang terjadi. Kerumunan itu ternyata orang yang ingin menikmati masakan sensasi nasi pecel campur rawon Sudi Mampir. Segitunya yang antre sampai meluber ke jalan.
"Setiap malam suasananya seperti ini. Apalagi malam minggu, tambah heboh," ujar seorang remaja yang sedang menunggu pesanan.
Ia bersama beberapa orang temannya memesan tiga porsi nasi rawon dan dua porsi nasi pecel. Katanya, ia sudah hampir 40 menit belum dilayani.
Warung tenda yang selalu dibanjiri pengunjung buka pada malam hari sekitar pukul 21.00, setelah Toko Moro Seneng Jalan Pucang Anom tutup. Warung tenda ini memanfaatkan halaman pertokoan di kawasan Pasar Pucang Anom.
"Setelah toko tutup giliran saya bukan tenda," ujar seorang karyawan yang sibuk melayani pengunjung.
Rawon dan pecel makanan khas Jawa Timur dengan aroma tampilan dan rasa yang berbeda.
Rawon sejenis sup berwarna hitam pengaruh bumbu masak keluek, ditambah dengan irisan daging di dalamnya. Sedangkan, pecel berupa nasi dengan tambahan sayur dan lauk yang disiram bumbu kacang warna cokelat.
Namun, warung tenda di Surabaya yang satu ini menyajikan nasi pecel dengan kuah rawon. Tak lazim ternyata menjadi daya tarik.
Cikal bakal Pecel Pucang Moro Seneng sejak 1996 ini hanya menyajikan hidangan nasi pecel, nasi rawon, dan nasi campur. Di tahun yang sama, inspirasi pecel dengan kuah rawon muncul karena pembeli.
"Dulu itu ada pembeli nasi pecel dengan kuah rawon, ternyata rasanya enak. Kemudian ditawarkan pada setiap pengunjung yang mampir ke warungnya. Lama lama pecel campur rawon ini menu andalan sampai sekarang," ujar Liswati, pemilik gerai Pecel Pucang Moro Seneng
Resep pecel rawon ini turun-temurun, sudah melewati beberapa generasi. Keaslian resepnya tetap dijaga tidak ada yang mau ngotak-atik.
Pecel Pucang Moro Seneng ini khas Surabaya dengan cita rasa yang pedas dan manis. Sedangkan, sajian rawon sama seperti pada umumnya.
Pecel Pucang Moro Seneng ini dilengkapi bumbu kacang yang pedas dan manis lengkap dengan kemangi, timun, tahu, tempe, serta lauk tambahan sesuai selera. Seperti telur, ayam goreng, rempelo ati, paru, hingga daging suwir.
Selain menunya yang menarik, gerai Pecel Pucang Moro Seneng ini juga menggunakan konsep lesehan yang bikin pengunjung betah untuk berlama-lama menikmati hidangan sambil ngobrol ngalur ngidul.
Dalam sehari, Pecel Pucang Moro Seneng ini bisa menghabiskan total empat termos dengan masing-masing termos berisi 12 kilogram beras. Setiap harinya, melayani ratusan pengunjung mulai pukul 21.00 WIB hingga 04.00 WIB.
Untuk harganya, masih bersahabat bagi masyarakat Surabaya. Seporsi rawon hanya Rp20 ribu, untuk pecel mengikuti lauknya, misalnya ayam, paru, daging seharga Rp20 ribu, jika lauk telur hanya Rp19 ribu.
Wahyu salah seorang pelanggan, menilai daya tarik warung nasi pecal rawon Sudi Mampir ini tempatnya strategis, di tepi jalan menggunakan konsep Suroboyoan pengunjung bisa duduk dengan bebas, slonjoran maupun leyeh-leyeh.
"Kalau malam minggu penuh dengan anak muda sampai pagi," ujar Wahyu, yang sedang makan malam setelah dari luar kota bersama keluarga.
Soal rasa, beberapa pengunjung mengatakan biasa biasa saja, tak jauh berbeda dengan rawon kondang di Taman Bungkul maupun nasi pecel di Jalan Ketabang Kali. Anehnya pengunjung warung pecel rawon Sudi Mampir ini begitu heboh. Beberapa selebritis dari Jakarta juga ada yang pernah mampir di warung tenda Moro Seneng untuk menikmati sensasi pecel rawon yang tidak ada di daerah lain.