Senjakala Panderman, Gunung Berpemandangan Sunrise yang Indah
Gunung Panderman yang terletak di wilayah Tirtomoyo, Pesanggrahan, Kota Batu. Pada Minggu 21 Juli, malam lalu, mengalami kebakaran di puncaknya. Pendakian ke Panderman pun ditutup sampai kondisi kembali normal.
"Sementara bagi para pendaki dilakukan pelarangan untuk sementara waktu sampai kondisi kembali normal,” kata Suliyanah, Kepala Bidang Humas Pemerintah Kota Batu.
Bagi para pendaki Panderman menawarkan sejuta keindahan, terutama view sunrise pada pagi hari yang begitu ciamik.
Echy Azizah, mahasiswi lulusan S2 Universitas Negeri Malang (UM) 2019, menceritakan pengalamannya saat mendaki Gunung Panderman pada Juni 2017, lalu.
“Walaupun saat itu kami tidak sampai puncak, hanya sampai Latar Ombo, tapi saat itu lelah kami terbayar dengan pemandangan sunrise yang begitu indah,” tuturnya.
Latar Ombo merupakan daratan landai tempat biasa orang berkemah sebelum melakukan pendakian ke puncak Panderman.
Echy saat itu berangkat bersama delapan orang teman kuliahnya. Terdiri dari tiga laki-laki dan sisanya perempuan.
Echy dan rombongan berangkat dari Kota Malang pada pukul 17.00 WIB, kemudian sampai di loket pembelian karcis dengan membayar Rp. 10 ribu per orang dan memulai pendakian pada pukul 18.00 WIB.
“Pemandangan di Panderman begitu indahnya, memanjakan pribadi kita secara psikis. Sungguh semakin takjub akan ciptaan Tuhan. Hamparan bintang di malam hari, dan matahari terbit dengan malu-malunya, di pagi hari,” ungkapnya takjub.
Nama Panderman sendiri terinspirasi dari seseorang berkebangsaaan Belanda bernama Van der Man. Ia dipercaya sebagai orang pertama yang berhasil mencapai puncak gunung ini.
Van der Man disebut-sebut amat mengagumi pemandangan matahari terbit di sekitar puncak.
Capaiannya tersebut lantas membuat banyak orang memberi nama gunung dengan sebutan Panderman, lantaran lidah orang Jawa sedikit kesulitan dalam melafalkannya.
Puncak Panderman diberi nama Basundara. Untuk bisa mencapai sini, pendaki harus melewati dua pos, Pos 1 Latar Ombo dengan ketinggian 1300 mdpl, sering digunakan untuk mendirikan tenda bagi para pendaki karena struktur tanahnya landai dan lapang.
Setelah melewati pos 1 jalur pendakian memasuki vegetasi hutan pinus, dengan trek tanah padat yang menanjak ditambah dengan trek bebatuan mendominasi ketika masuk pos 2.
Masuk ke pos 2, Watu Gede dengan ketinggian 1730 mdpl, meskipun tidak seluas pos 1, namun di Watu Gede areanya lebih sejuk dan teduh karena dipenuhi oleh pohon-pohon yang rimbun. Sesuai namanya, sebuah batu besar menandai berakhirnya trek bebatuan di pos 2.
Selepas pos 2 jalur pendakian mengikuti jalan setapak yang menanjak dengan tanah padat menembus hutan. Lalu masuk ke puncak bayangan dengan kontur agak miring dan cukup lebar sehingga cocok untuk beristirahat.
Setelah puncak bayangan jalur pendakian akan melewati tepi jurang, menyusuri semak-semak yang hampir membentuk terowongan dengan trek tanah padat bercampur bercampur akar-akar pohon yang dihuni kera abu-abu.
Lalu sampailah pendaki di Puncak Basundara, berupa area datar, begitu lapang dan terbuka. Di puncak terdapat tugu bendera serta patok penanda Puncak Gunung panderman tersebut.
Untuk estimasi waktu pendakian sendiri, Gunung Panderman dapat ditempuh dengan waktu 3-4 jam.
Mengenai kebakaran yang terjadi di lereng Gunung Panderman, Echy mengungkapkan amat menyayangkan hal tersebut dan berharap semoga bencana tersebut segera dapt di atasi. (teo)