Seniman Buta Warna di Balik Grafiti Jembatan Kedungkandang Malang
Di bawah beton-beton jangkung penyangga fly over Kedungkandang, Kota Malang, lelaki dengan sweater kuning dan celana blue jeans dan memakai masker respirator itu, menyemprotkan cat pilox untuk memulai menggambar grafiti.
Michael Evan, usia 28 tahun, adalah salah satu dari ratusan seniman yang turut menggambar grafiti di fly over Jembatan Kedungkang. Grafiti di jembatan baru itu, belakangan ramai jadi perbincangan warganet.
Ada tiga tema utama pada beragam coretan yang tersebar di lima pilar jembatan itu. Ada band-bandan alias tema tentang musik, bal-balan atau sepak bola, dan balapan atau adu balap.
Evan memilih tema balapan dengan menggambar sebuah mikrolet, angkutan umum dalam kota yang nyaris hilang keberadaanya di tengah pandemi. Mobil itu ia gambarkan bermesin turbo super kencang. Di atas kap kemudi, Evan melukis angka 87, simbol keramat yang berarti tahun kelahiran klub bal-balan kebanggaan warga Malang, Arema.
Tak terbayang di benak siapapun yang menikmati coretan warna-warni Evan, jika pemuda itu menggambar grafiti dengan kondisi buta parsial. “Saya memang mengalami buta warna parsial. Jadi saya hanya bisa mengenali warna-warna primer saja. Seperti merah, kuning, hijau, biru dan seterusnya,” ujarnya pada Sabtu 27 Maret 2021.
Sehingga, Evan tak mampu melihat dengan baik, beragam warna apapun turunan dari warna primer. Semisal pink yang merupakan turunan dari warna merah lalu oranye merupakan kombinasi merah dan kuning. “Selain dari warna primer saya tidak bisa jelas melihat. Pernah saya menggambar biru langit. Tapi warna yang terbentuk malah ungu,” katanya.
Maka, jadilah gambar mikrolet di pilar tembok sepanjang 10 meter itu, bertabur sejumlah warna primer. Ada deep blue, merah, oranye, putih hingga perak.
“Ini mewarnainya kan pakai cat pilox. Dikalengnya itu sudah diberikan keterangan warna seperti deep blue. Jadi cukup membantu saya dalam membuat grafiti,” ujarnya.
Gambar mikrolet tersebut mulai dikerjakan Evan pada 17 Maret 2021, lalu. Ia menyelesaikan proyek gambarnya tersebut selama lima hari dengan dibantu oleh ketiga orang temannya. “Ini saya implementasikan angkot, karena dulu saya sering naik angkot. Sekarang, pandemi Covid-19, sopir angkot banyak yang kena dampak. Jadi saya mau apresiasi kerja keras mereka lewar karya saya," katanya.
Proses membuat grafiti tersebut kata Evan dimulai dari menggambar sketsa terlebih dahulu. Setelah sketsa gambar rampung, dilanjutkan dengan proses pengecatan dengan menggunakan pilox. Evan mengaku butuh sedikitnya 70 kaleng pilox untuk menuntaskan grafitinya.
Simbolis peresmian grafiti di fly over Jembatan Kedungkandang, Kota Malang dimulai pada 15 Maret 2021, lalu. Acara simbolis peresmian tersebut diikuti oleh jajaran Forkopimda Kota Malang.
Walikota Malang, Sutiaji mengatakan peresmian simbol grafiti tersebut merupakan langkah pemda untuk mengapresiasi para seniman. “Ini adalah cara Pemkot Malang mengapresiasi teman-teman seniman grafiti. Juga agar membuat mural tersebut pada tempatnya jangan sampai tembok rumah orang dicoret-coret,” katanya.
Selain gambar mikrolet milik Evan, di sepanjang fly over Jembatan Kedungkandang, Kota Malang, banyak gambar grafiti lain seperti bakso malang hingga topeng malangan. Rata-rata ukuran gambar tersebut sepanjang puluhan hingga belasan meter.
Advertisement