Seni Rupa Senyap; Agus Koecink
'Senyap' artinya 'sunyi', 'lengang', 'tidak ada kegiatan apa-apa'. Namun, jika dikaitkan dengan kata lain boleh jadi pemahamannya akan dimensional, seperti judul buku 'Seni Rupa Senyap' (Pagan Press, 2020) yang ditulis oleh Agus Koecink, perupa dan dosen Seni Murni STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) Surabaya ini -- muaranya diam-diam terjadi penciptaan-kegiatan-gerakan Seni Rupa (di Jawa Timur). Dan: Jangan anggap remeh.
Saya diberi buku setebal 396 halaman ini oleh Pak Tanadi Santoso salah seorang entrepreneur di Surabaya yang penikmat sastra dan seni rupa. Dari Mas Agoes Koecing, Pak San mengenal nama saya, sehingga pada perkembangannya lebih dari 5 buku karya Pak San penyuntingannya dipercayakan kepada saya.
Bagi saya sendiri, dunia seni rupa tidaklah asing. Tahun 1972-1973 saat saya masih STM jurusan Kimia Industri, bergabung dengan Teater Aksera (Akademi Seni Rupa Surabaya) pimpinan Hari Matrais di mana beberapa anggotanya mahasiswa perguruan tinggi tersebut. Pada akhirnya menggiring saya dengan sering bertandang ke Sanggar Aksera di kompleks Balai Pemuda, Surabaya.
Tahun 1990-2005 di sela kegiatan literasi, saya menjalani aktivitas EO pameran lukisan, baik iven "rumput" maupun "alang-alang". Selain itu, lebih dari 10 tulisan saya dalam kaitan polemik maupun tinjauan seni rupa, dimuat di Jawa Pos.
Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar buku ini. Jika Anda berminat lebih jauh, silakan ikuti webinar zoom tanggal 4 November mendatang dimulai pukul 19.00 yang diadakan oleh komunitas seni Bengkel Muda Surabaya, menampilkan pembicara Yusuf Susilo Hartono perupa dan wartawan kebudayaan senior, Rusdi Zaki editor buku 'Seni Rupa Senyap', Mufi Mubarok ketua jurusan Seni Murni STKW, dan moderator Dr. Ika Ismoerdijahwati dosen Seni Rupa IKIP Adi Buana Surabaya.
Tentang Agoes Koecink, Yusuf Susilo Hartono pemberi pengantar buku ini antara lain menyatakan, kalau saya perhatikan dari berbagai sepak terjang dan tulisan-tulisannya, antara Agoes Koecink dan kucing, memiliki beberapa kesamaan. Kalau setiap kucing mempunyai teritori maka Agus Koecink juga punya teritori, yaitu Surabaya dan Jawa Timur. Teritori inilah yang terus ia jaga sepenuh hati.
Selebihnya, baiknya saya kutip sedikit dari tulisan Mas "Koecink" berjudul Terus Tumbuh dan Bersemi pada buku ini: Benih-benih seni rupa mulai tumbuh dan berkembang, itu bisa dilihat dari fenomena sekarang dengan hadirnya perupa-perupa baru di kantong-kantong wilayah tertentu.
Apa betul? Ikuti webinarnya, dan kontak - 082154848813. (Amang Mawardi)