Senandung Imam Syafi'i, dan Tantangan yang Harus Dijawab
Hari-hari merayakan Idul Fitri telah usai. Aktivitas sehari-hari, kembali pulih. Sayangnya, pandemi COVID-19 belum memungkinkan aktivitas sosial itu berlangsung seperti sebelumnya, seperti masa-masa normal sebelum adanya pandemi virus Corona.
"Dalam konteks peradaban hari ini, ketika hubungan antarmanusia di dunia tidak lagi bisa disekat-sekat, maka penerimaan kebudayaan satu bangsa atas bangsa yang lain pastilah tidak mungkin bisa dihindari. Masing-masing saling memasuki dan memengaruhi baik disengaja maupun tidak, terang-terangan maupun diam-diam."
Demikian KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Arjawinangun Cirebon, memberikan renungan:
Sikap menolak atau menutup diri seluruhnya maupun sebagiannya terhadap pengaruh kebudayaan asing, atau orang lain, bukanlah jalan yang - secara pasti - akan mengantarkan diri (pribadi/bangsa) pada kemajuan dan kebaikan.
Yang akan terjadi justru sebaliknya, kemunduran dan keterpurukan. Dengan kata lain, menolak produk ilmu pengetahuan dan teknologi the others, merupakan sikap bunuh diri. Dunia adalah panggung kontestasi untuk meraih kebaikan-kebaikan dan peningkatan kualitas diri.
Pikiran-pikiran yang dihasilkan peradaban dunia hari ini saling berebut tempat. Maka tidak ada cara lain bagi masing-masing, kecuali mencari dan menemukan ruang kekuatan diri baik untuk menyeleksi secara kritis yang baik dari yang buruk maupun untuk berkembangnya kreatifitas yang sebesar-besarnya bagi dirinya/bangsanya.
Ini adalah tantangan maha besar yang sedang dihadapi dan harus dijawab oleh kaum muslimin di seluruh dunia.
Imam Syafii menyanyi lagu indah
نَعِيبُ زمانا والعَيبُ فينا
وما لزماننا عيب سوانا
"Kita sering menyalahkan zaman
Meski yang salah adalah kita
Zaman tak pernah salah
Tetapi kita-lah
Ya, Imam al-Syafi'i bersenandung riang :
فما لحوادث الدنيا بقـاء
وكن رجلاً على الأهـوال جلدا
وشيمتك السماحـة والوفـاء
وإن كثرت عيوبك في البرايا
Ingat. Sirkuit kemelut hidup ini tak akan abadi
Teguh dan kokoh lah ditengah kegalauan yang mengguncang-guncang dada
Kau jadi indah manakala kau tetap ramah dan setia
Meski acap salah dan buruk rupa
31.05.2020