Semua Dinas di Banyuwangi Jadi 'Satpol PP' Protokol Kesehatan
Dalam menangani pandemi Covid-19 tak bisa hanya dilakukan oleh satu instansi saja. Melainkan harus terintegrasi semua instansi. Karena jika hanya ditangani oleh satu instansi saja, maka dipastikan akan tak bisa mengatasi.
Begitu juga yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengeluarkan kebijakan, jika Aparatur Sipil Negara (ASN) di kabupaten paling Timur Indonesia tersebut menjadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Para ASN di Banyuwangi menjadi Satpol PP ini dalam kapasitas urusan wisata. Meski mereka bukan menjadi Satpol PP dalam arti yang sebenarnya.
“Semua dinas adalah Dinas satpol PP. Mereka bisa bersama-sama mengawasi tempat wisata yang tak menjalankan protokol kesehatan. Termasuk juga kelompok-kelompok sadar wisata (pokdarwis) dilibatkan. Juga semua dinas menangani Covid. Dengan begitu mendorong mereka para pelaku wisata untuk bersih, disipilin dan invoatif,” ujar Azwar dalam sebuah kesempatan.
Kata dia, dengan demikian warga akan menjadi disiplin. Selain itu, juga menggalakan operasi rutin yustisi pemakaian masker. Operasi rutin bukan hanya di jalan cafe dan resto.
“Sekarang orang tak pakai masker menjadi khawatir. Bukan hanya saat tak membawa SIM atau identitas diri lainnya,” ujar Azwar.
Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengibaratkan pandemi seperti sekarang ini seperti sudut sempit dalam sepak bola untuk menendang bola ke gawang lawan.
"Pandemi menjadi sudut sempit bagi banyak pemerintah daerah lain termasuk di Banyuwangi. Maka kami gunakan momentum seluruh pelaku usaha seperti perhotelan dan UMKM. Pilihannya hanya dua, tutup dengan masalah ekonomi atau buka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat," ujar Azwar Anas dalam sebuah kesempatan.
Dia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah sejak Juli lalu mengenalkan gaya baru dalam plesiran di Banyuwangi. Gaya baru plesiran di Banyuwangi itu misalnya destinasi wisata tak bisa buka selama seminggu penuh lagi.
"Kini maksimal hanya boleh buka lima hari. Dua hari menjadi momen para pelaku wisata untuk berbenah dan evaluasi selama mereka buka kemarin," ujar Azwar.
Kemudian, kalau orang harus mengantre, kini cukup dengan aplikasi orang sudah akan mengetahui apakah tempat wisata yang akan dituju sudah penuh apa belum. Jika sudah penuh, maka wisatawan yang perlu lagi datang ke lokasi.
"Begitu juga dengan atraksi yang dulu melibatkan banyak orang, sekarang sudah tak bisa lagi. Maka program staycation tidak terpusat di tempat-tempat hiburan, namun bisa digeser di hotel-hotel di Banyuwangi.
Makanya, tak heran dengan sejumlah persiapan tersebut, dalam survei Traveloka menyebut Banyuwangi menempati urutan ketiga sebagai tujuan wisata saat pandemi seperti sekarang. Lokasi wisata pertama tetap Bali, kedua Yogyakarta dan ketiga Banyuwangi.
"Mungkin ini berkah terselubung Covid-19. Covid-19 ini mirip menjadi mirip pitstop sektor pariwisata Banyuwangi. Jika tak cepat berbenah, maka akan disalip oleh daerah-daerah lain. Tanpa Covid Banyuwangi tak akan masuk dalam survei Traveloka," ujar Azwar.