Mau Bunuh Risma, Orang Ini Malah Diberdayakan
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, bercerita saat dirinya ingin menutup lokalisasi di Surabaya, khususnya di Gang Dolly, Risma sempat mendapatkan ancaman pembunuhan dari dua orang yang tinggal di kawasan tersebut. Dua orang ini adalah pedagang warung kopi di kawasan Dolly dan juga sopir mobil jenazah.
Risma juga mengaku ancaman yang diterimanya hampir setiap pagi dan malam. Baik melalui telepon, pesan singkat, surat kaleng, dan lainnya. Meski begitu, Risma tak peduli dengan semua ancaman itu. ia tetap bersikukuh menutup kawasan Lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu.
"Saya itu dapat ancaman sampai mau dibunuh waktu menutup Dolly," cerita Risma setelah ada acara dengan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Panjaitan dalam acara peluncuran program 'Guru Pembangun Peradaban, Kolaborasi Wujudkan cita-cita Membangun Generasi Anti Korupsi 2019' di Graha Sawunggaling Balai Kota Surabaya beberapa waktu lalu.
Mendapat ancaman yang tak main-main seperti itu, keluarga pun meminta Risma lebih berhati-hati dan waspada. Risma sebenarnya tak peduli dengan keselamatannya, karena ia ikhlas mati asal lokalisasi ini bisa ditutup.
"Anak saya juga takut dengan ancaman itu. Sampai mau ngungsi," katanya.
Setelah bertahun-tahun mendapat ancaman, akhirnya Risma berhasil menutup enam kawasan lokalisasi di Surabaya, bukan hanya Gang Dolly.
Setelah persoalan itu usai, alih-alih menaruh dendam kepada orang yang telah menerornya itu, Risma melalui Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya malah memberdayakan mereka.
"Yang pertama itu kalau tidak salah bernama Jarwo, yang punya warung kopi. Lalu yang kedua yang sopir mobil jenazah itu. Kemudian setelah Dolly kami tutup, mereka kami berdayakan," kata Risma.
Tak hanya memberdayakan keduanya, Risma mengklaim Pemkot Surabaya juga berusaha memberdayakan keluarganya, terutama anak-anak mereka. Anak-anak kedua pengancamnya itu diberi bantuan berupa les dan pendidikan oleh Pemkot Surabaya.
"Alhamdulillah, anak-anaknya juga kami berdayakan. Bahkan tanpa kami bantu-bantu masuk ke sekolah, mereka bisa masuk sekolah favorit. Mereka itu memiliki kecerdasan dan kepintaran, maka dari itu kami asah. Saya percaya setiap anak memiliki kemampuan yang baik," kata Risma.
Sementara itu, dikutip dari media, Jarwo adalah orang yang sering mengancam Risma. Dia mengaku setelah diberdayakan oleh Risma, ia berhasil menjadi pengusaha tempe yang ia produksi sendiri.
Omzetnya juga tak main-main, dalam sebulan Jarwo bisa mendapatkan omzet Rp10-18 juta. Tak hanya itu, kisah Jarwo yang berawal dari 'preman' Dolly hingga menjadi pengusaha tempe sukses juga sudah dibuatkan buku berjudul 'Jarwo Susanto Si Arek Dolly'.
Meski begitu, ia tak menampik penghasilan itu lebih kecil ketimbang saat ia menjadi penjaga warung kopi di Dolly. Dahulu, pemasukan yang ia terima dalam satu bulan bisa mencapai Rp 45 juta.
"Awal mula ya susah, saya keliling Dolly untuk jual tempe. Sehari cuma bisa produksi 3 kilogram, sekarang bisa lebih dari 25 kilogram. Alhamdulillah bisa juga memberdayakan orang sekitar saya," kata Jarwo.