Sempat Jadi Raja Seri, Persebaya Tutup Kompetisi di Lima Besar
Persebaya mengakhiri kompetisi Liga 1 2018 dengan finis di urutan kelima klasemen akhir. Capaian ini tidak bisa dibilang buruk mengingat perjalanan mereka di kompetisi kasta paling elit di Indonesia ini sempat mengalami pasang surut.
Penampilan tak stabil di awal kompetisi, membuat tim berjulukan Bajul Ijo itu diragukan bisa bersaing dengan tim-tim kontestan lain, apalagi bisa merangsek papan atas. Maklum, kemenangan menjadi sesuatu yang langka bagi Persebaya kala itu.
Hal itu bisa dilihat dari capaian Persebaya selama putaran pertama. Mengawali kompetisi dengan kemenangan tipis, 1-0, atas Perseru Serui di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, tim berjulukan Bajul Ijo itu kemudian ditahan Persela 1-1 di Lamongan, dan keok 1-2 di kandang sendiri.
Persebaya sempat bangkit ketika menghajar PS Tira 4-1 di pekan keempat, namun hasil minor kembali menghiasi perjalanan Persebaya. Bermain di kandang sendiri, tim yang saat itu masih di bawah kendali Angel Alfredo Vera itu kembali bermain imbang 1-1 dengan Sriwijaya FC di kandang, dan menelan kekalahan telak, 1-3, di markas Mitra Kukar.
Singkatnya, hingga berakhirnya putaran pertama, performa Persebaya masih naik-turun bak roller coaster. Bahkan, dari total 16 pertandingan yang telah mereka lakoni di separo kompetisi berjalan, Persebaya hanya meraih lima kemenangan, tujuh kali seri, dan empat kali tumbang.
Hasil ini membuat Rendy Irwan dan kawan-kawan hanya menempati peringkat ke-11 sekaligus menyandang predikat raja seri.
Goyangan hebat terhadap pelatih kepala Alfredo Vera pun semakin kuat menyusul dua kekalahan terakhir putaran pertama, kalah 0-1 dari PSIS dan 3-4 dari Persib Bandung. Alfredo pun resmi mundur dari kursi pelatih pada 2 Agustus 2018.
Di masa transisi, kursi pelatih dikendalikan Sugiantoro. Namun sesuai kesepakatan, Sugiantoro hanya menukangi Persebaya dalam dua laga, menang 3-1 atas Persela, dan kalah 2-3 dari Barito Putera. Legenda hidup Persebaya itu meletakkan jabatannya setelah kedatangan pelatih kepala anyar Persebaya, Djajang Nurdjaman.
Memasuki interval kedua kompetisi Liga 1, penampilan Persebaya masih belum menjanjikan. Bahkan masuknya Djajang tidak membuat grafik Persebaya meningkat di dalam dua pertandingan awal. Kekalahan mengejutkan 0-2 dari PS Tira di kandang sendiri, Persebaya kemudian ditahan 3-3 oleh Sriwijaya FC.
Kemenangan 4-1 dari Mitra Kukar di laga berikutnya, Persebaya kembali keok di tangan Arema FC dan Borneo FC dengan skor identik. Kekalahan dari Borneo FC lebih menyesakkan karena terjadi di kandang sendiri di tengah harapan Bonek Mania sedang membuncah.
Titik balik Persebaya terjadi pada pekan ke-26 saat berhasil menghajar Persib Bandung dengan skor telak 4-1. Karena setelah itu, Bajul Ijo kembali meraih kemenangan dengan skor besar atas tim papan atas lainnya, Madura United.
Sempat tumbang 1-3 di tangan Persipura, Persebaya mebantai dua tim yang di akhir kompetisi tampil sebagai juara dan runner-up, Persija dan PSM, dengan skor identik, 3-0.
Ringkasnya, Persebaya menutup kompetisi dengan torehan manis setelah mengalahkan PSIS dengan skor tipis, 1-0. Yang membanggakan, kemenangan itu diraih lewat permainan apik dan dominasi sepanjang laga.
Manajemen Persebaya mengklaim, performa Persebaya yang fluktuatif tak lepas dari persiapan tim yang tak ideal dibanding kontestan Liga 1 lainnya, khususnya 15 tim penghuni asli Liga 1. “Di saat baru menjalani persiapan, kami langsung tampil di Piala Presiden. Dua hari kemudian kami ikut Piala Gubernur Kaltim, dan 21 hari berikutnya kami sudah menjalani laga perdana kontra Perseru,” sebut Azrul Ananda, Presiden Persebaya.
Singkatnya persiapan yang dijalani Persebaya juga dianggap sebagai penyebab tim ini kurang matang. Akibatnya, performa mereka compang-camping. Kondisi ini diperparah dengan parade cedera yang menghantam Persebaya hampir sepanjang musim.
Secara bergantian para pemain pilar Persebaya tumbang. Parahnya, ada sejumlah pemain yang harus menepi dua kali akibat cedera. “Dari catatan kami hingga akhir musim ada 15 kali pemain menepi. Berarti ada pemain yang cedera dua kali dalam semusim kompetisi,” tuturnya.
Ini belum termasuk absennya beberapa pemain Persebaya akibat akumulasi kartu kuning dan larangan bermain karena terkena kartu merah. Ditambah lagi beberapa pemain yang harus meninggalkan Persebaya lantaran membela Timnas, sehingga nyaris sepanjang musim Persebaya tak pernah tampil dengan kekuatan penuh di setiap pertandingan.
Beruntung, meski sempat tertatih-tatih, Persebaya menemukan momentum untuk bangkit. Tepatnya ketika menghajar Persib Bandung 4-1 di pekan ke-26. Karena setelah itu, Persebaya berhasil mempecundangi sejumlah klub papan atas. Hasil ini membuat Persebaya menutup kompetisi dengan posisi yang relatif bagus. (Nas)