Sempat Diancam Komplotan Maling, Muazin Ditemukan Tewas
Mustafa Syarif, 70 tahun, warga Desa Curahsawo, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo ditemukan tewas dalam kondisi tangan dan kaki terikat. Pria yang biasa mengumandangkan azan (muazin) di masjid itu ditemukan tewas di kolam pemancingan desa setempat, Selasa, 24 Desember 2019.
Muncul dugaan pria penjaga kolam pemancingan itu tewas akibat dibunuh komplotan pencuri sapi. Sebab sekitar sebelumnya, Mustafa sempat bercerita kepada istrinya, Fatimah kalau kawasan kolam pemancingan itu akan digunakan untuk menyembunyikan sapi-sapi curian.
Yang jelas, jenazah Mustafa kali pertama ditemukan anaknya sendiri, Yuni Syarifah, 36 tahun. “Ayah saya keluar rumah sejak Senin sore, sudah biasa tidak pamit keluarga,” kata Yuni.
Meski tidak pamit, keluarga tidak risau. Karena seperti biasanya, menjelang maghrib Mustafa selalu pulang untuk melakukan azan maghrib di masjid.
Namun hingga larut malam, Mustafa belum juga pulang ke rumahnya. Malam itu juga pihak keluarga bersama tetangga mencarinya. Tetapi pencarian tidak membuahkan hasil.
Pagi harinya, sasaran pencarian diarahkan ke lokasi kolam pemancingan, tempat korban bekerja. Terlihat sepeda motor Mustafa diparkir di lokasi tersebut.
Dipanggil-panggil namanya tidak ada jawaban. Hingga akhirnya Siti Fadilah, 15 tahun, cucu Mustafa berteriak histeris.
“Ternyata bapak saya sudah terbujur kaku di kolam pemancingan dalam posisi tengkurap dalam kondisi terikat tangan dan kakinya,” kata Yuni.
Jajaran Polsek Gending kemudian mendatangi lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Kanitreskrim Polsek Gending, Bripka Andri Okta menduga, korban dibunuh.
“Indikasi korban dibunuh, tangan dan kaki terikat tali rafia, kepalanya juga terluka. Dugaan sementara korban tewas dibunuh,” ujar Andri. Jenazah korban kemudian dibawa ke kamar mayat RSUD Waluyo Jati untuk diotopsi.
Diancam Maling Sapi
Fatimah, 57 tahun mengatakan, suaminya Mustafa tidak memiliki musuh. “Sehari-hari suami saya jaga kolam pemancingan, cari rumput untuk sapi, dan azan di masjid,” katanya.
Fatimah mengaku sempat mendengar “curhat” suaminya sekitar seminggu sebelumnya. Saat itu suaminya didatangi seseorang yang hendak memancing di kolam.
“Biasanya orang mancing membayar Rp15.000, tetapi orang tersebut membayar dengan roti,” kata Fatimah. Suaminya mengaku, tidak mengenal orang yang memancing dengan barter roti.
Pemancing misterius itu juga mengingatkan Mustafa agar berhenti menjaga kolam pemancingan. Kejadian lain, kata Fatimah, suaminya didatangi sekomplotan “orang bermasalah hukum”.
“Bisa dikatakan komplotan maling sapi, yang mengingatkan suami saya kalau lokasi kolam akan dijadikan tempat persembunyian sapi sementara,” kata Fatimah.
Terkait kedua ancaman itu, Fatimah meminta suaminya tidak lagi menjaga kolam pemancingan di malam hari. Apalagi lokasi kolam pemancingan itu jauh dari permukiman.