Semifinal Euro 2020, Inggris Usung Semangat Piala Dunia 2018
Tuan rumah babak semifinal dan final Euro 2020, Inggris, kembali mengusung motto Football is Coming Home. Moto itu pernah digunakan skuad Inggris pada Piala Dunia 2018. Sayang, mereka gagal memenuhi ekspektasi, sebab kalah di babak semifinal dengan skor 1-2 melawan Kroasia.
Moto Piala Dunia 2018
Padahal saat itu, Inggris adalah tim yang dijagokan memenangi Piala Dunia. Bahkan di negeri Ratu Elizabeth sendiri, sudah viral moto ‘Football is Coming Home’. Namun nyatanya terbalik. Inggris terjungkal di langkah terakhir menuju final.
Kini, moto yang berasal dari lagu milik band Lightning Seeds itu kembali digaungkan oleh fans Timnas Inggris. Mereka ingin skuad muda Inggris kali ini, bisa membalaskan dendam kegagalan mereka di Euro 1996 serta balas dendam kekalahan di Piala Dunia 2018.
Impian para fans Inggris bukan tanpa alasan. Ini adalah turnamen akbar pertama yang digelar di Tanah Britania, semenjak Euro 1996 yang saat itu Inggris jadi tuan rumahnya.
Pada tahun itu, skuad Inggris yang dihuni pemain-pemain muda dan bersinar, seperti Alan Shearer, Paul Gascoigne, Paul Ince, Tony Adams, Steve McMananam, hingga pelatih Inggris sekarang, Gareth Southgate.
Kini, 3 tahun berlalu, Inggris kembali masuk semifinal, di kompetisi Euro 2020. Lagi-lagi para fans dan pemain mengusung motto itu. Akankah berhasil meraih juara di rumah sendiri?
Sepak Terjang Inggris
Catatan di atas kertas, motto itu bisa saja terjadi. Sebab, dalam 5 pertandinga terakhir di Euro 2020, mulai babak grup hingga 8 besar, Inggris sama sekali belum menelan kekalahan. Jangankan kalah, kebobolan saja belum pernah. Mereka mencatatkan diri sebagai tim pertama yang belum kebobolan hingga babak semifinal sejak terakhir kali Italia melakukannya di Piala Dunia 1990.
Selain itu, Gareth Southgate yang sudah melatih Inggris selama 5 tahun, berhasrat memberikan trofi pertama Euro untuk publik Inggris. Pencapaian terbaiknya selama melatih Inggris adalah menjadi semifinalis Piala Dunia 2018. Maka dari itu, bermain di rumah sendiri membuat Southgate semangat mengukir sejarah di kompetisi yang dimulai sejak 1960 itu.
Selain faktor pertahanan yang kuat dan keinginan Southgate cetak sejarah baru Inggris, salah satu faktor yang mempengaruhi tim Inggris akan menjadi juara adalah bermain di kandang sendiri. Mereka tak ingin malu di stadion Wembley. Stadion kebanggaan seluruh pemain asal Inggris dan pendukung Inggris. Faktor itu diprediksi akan mempengaruhi mental pemain, dari takut menjadi semangat dan kekuatan.
Dengan berbekal komposisi perpaduan pemain muda dan senior yang berpengalaman di klub masing-masing, Gareth Southgate mengaku bahwa anak asuhnya memiliki mental pertarung yang sangat kuat. Meski masih muda, beberapa pemain di timnas Inggris berhasil menyegel posisi pemain utama di klub. Sedangkan bagi yang senior, masih bermain atraktif dan menjadi pemain utama klub.
Ini menjadi kekuatan The Three Lions di Euro 2020. Apalagi kegagalan di Piala Dunia 2018 membuat para pemain ingin membalaskan dendam mereka. Tak ingin lagi kalah di babak semifinal. “Saya melihat banyak tim yang gugur dari turnamen ini karena tak memiliki spirit semangat seperti para pemain Inggris,” kata Southgate di uefa.com.
Percaya Diri
Sementara itu, pemain tengah Inggris, Jordan Henderson mengatakan bahwa skuad Inggris di Euro 2020 berbeda dengan skuad Inggris di Piala Dunia 2018. Memang benar, dari lini belakang sampai depan, Inggris dihuni oleh pemain terbaik di klub masing-masing. Masih muda dan memiliki kemampuan dan mental juara.
“Ini adalah skuad terbaik yang pernah saya lihat di sebuah turnamen. Ketika mencetak gol, kami selebrasi layaknya kerabat yang sudah lama bersahabat. Meninggalkan rivalitas di klub masing-masing. Ini adalah hasil Southgate membina kami selama bertahun-tahun. Bisa membangkitkan semangat kebersamaan atas nama negara. Selain itu, peran kapten Harry Kane saya rasa juga sangat penting. Ia memberikan ketenangan dan perlindungan kepada para pemain, termasuk yang lebih senior,” kata Henderson.