10 Orang Daftar DPD PDIP Jatim Maju jadi Bacawali, Siapa Mereka?
PDI Perjuangan secara resmi, membuka pendaftaran bakal calon calon kepala daerah yang diproyeksikan bertarung pada pemilihan kepala daerah Surabaya 2020 mendatang. Penjaringan dilakukan mulai dari level DPC, DPD, hingga DPP PDI Perjuangan.
Namun yang membedakan dengan partai lain, PDI Perjuangan pada tingkat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) atau tingkat kota, memberlakukan ketentuan pendaftaran untuk bakal calon Wali Kota Surabaya bersifat tertutup. DPC PDI Perjuangan hanya menerima pendaftaran dari kader, anggota, simpatisan, dan pengurus PDI Perjuangan saja.
Nah, karena pendaftaran di level DPC yang bersifat tertutup itu, tak banyak informasi yang bisa digali soal siapa saja kader PDIP yang sudah mendaftar lewat DPC PDI Perjuangan Surabaya. Pengurus teras DPC PDI Perjuangan Surabaya, juga enggan membeberkan siapa saja yang sudah mendaftar.
Sedangkan untuk level Dewan Pimpinan Daerah (DPD) atau tingkat provinsi bersifat terbuka. Siapa siapa saja boleh mendaftarkan diri untuk menjadi bakal calon Wali Kota Surabaya yang akan diusung PDIP.
Berdasarkan keterangan, sudah ada sepuluh orang yang mendaftar lewat DPD PDI Perjuangan Jawa Timur. Siapa saja sepuluh nama yang sudah mendaftarkan diri ke DPD PDI Perjuangan Jawa Timur itu? Berikut profilnya.
1. Warsito
Nama Warsito tak terlalu dikenal oleh masyarakat. Sekarang Warsito merupakan seorang pengusaha ekspor impor dan jasa transportasi. Selain itu, kini ia merupakan Sekretaris HKTI Jawa Timur.
Di bidang politik, sebenarnya Warsito pernah terjun langsung. Yakni pada pemilihan wali kota Mojokerto tahun 2018. Uniknya, saat itu, ia menggunakan kendaraan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Namun sayang, karir politik Warsito terhenti. Ia tak terpilih pada kontestasi tersebut. Bukan hanya itu, pada pemilihan legislatif 2019 lalu. Ia maju sebagai calon anggota legislatif DPRD Jawa Timur dari Daerah Pemilihan (Dapil ) 6 Malang Raya dari Partai Amanat Nasional (PAN). Namun gagal lagi.
Sebelum menjadi calon wali kota Mojokerto dan calon anggota legislatif PAN, Warsito pernah menduduki jabatan politik sebagai Sekretaris DPC Partai Hanura Surabaya dan dilanjutkan Sekretaris DPD Partai Hanura Jawa Timur
2. Dwi Astuti
Dwi Astuti dianggap sosok yang tak asing lagi bagi kalangan Muslimat NU Jawa Timur. Ia kini tercatat sebagai pengurus Muslimat NU Jatim sebagai Wakil Sekretaris.
Selain itu, Dwi Astuti juga aktif sebagai penggerak Kelompok Swadaya Masyarakat. Ia juga aktif dalam Komunitas Tiara Kusuma, dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
Dalam kalangan tim Khofifah Indar Parawansa pada pemilihan gubernur 2018 lalu, nama Dwi Astuti lumayan dikenal. Ia menjadi bagian dari sekian banyak tim sukses, yang mengantarkan Khofifah memenangkan Pilgub Jatim 2018.
Meski begitu, tak banyak masyarakat Surabaya yang mengenal dan tahu nama Dwi Astuti. Ia sempat maju dalam Pileg 2009, 2014, dan 2019 dari PPP, namun ia gagal peroleh kepercayaan masyarakat.
3. Ahmad Jalaludin
Tak banyak info tentang Ahmad. Bahkan, Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Jawa Timur, AI Sulistyorini, tak memberitahu secara detil siapa Ahmad Jalaludin.
4. Laksamana Muda Untung Suropati
Nama purnawirawan TNI AL ini belum begitu dikenal masyarakat Surabaya. Namun, bagi warga yang sangat suka dengan dunia militer laut, pasti familiar dengan namanya.
Karir tertingginya saat menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI AL pada masa jabatan 2011-2014. Untuk di Surabaya sendiri, sempat menjabat sebagai Komandan Lanudal Juanda Surabaya.
Pria lulusan Akademi AL angkatan 1984 itu juga pernah menjabat sebagai Kepala Operasi Pengajaran AAL. Ia jug aktif sebagai pengajar di Lemhanas Jakarta.
5. Lia Istifhama
Lia menjadi salah satu orang dalam lingkaran Khofifah Indar Parawansa yang maju sebagai Bacawali Surabaya 2020. Masyarakat Surabaya mengenal Lia adalah keponakan dari Gubernur Jawa Timur.
Latar belakang pendidikannya bisa dibilang lengkap. Ia lulus dari dua universitas negeri terkemuka di Surabaya, yakni IAIN Sunan Ampel yang kini menjadi UINSA dan Universitas Airlangga.
Pada tahun 2003, Lia pernah menjadi anggota BEM Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, kemudian pengurus PMII Cabang Surabaya dan pengurus himpunan mahasiswa program studi FISIP Unair.
Semifinalis Cak dan Ning Surabaya tahun 2005 ini merupakan kader dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat ini ia aktif di organisasi sayap partai Wanita Persatuan Pembangunan Jawa Timur.
Lia sempat maju sebagai calon legislatif DPRD Surabaya pada tahun 2009 dan calon legislatif DPRD Jatim Dapil II 2014, namun kala itu Lia belum beruntung memperoleh simpati masyarakat.
Putri Nahdlatul Ulama Surabaya tahun 2005 tersebut saat ini juga aktif di organisasi sayap NU yakni Fatayat NU Jatim, Lembaga Pengembangan Pertanian NU, Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU dan Lembaga Ta'lif wan Nasyr NU.
Saat ini ia menjabat sebagai Ketua III Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna Surabaya yang juga aktif sebagai dosen di sekolah yang sama.
6. Onny Setiawan
Sosok Onny Setiawan adalah sosok yang tak asing lagi bagi kader PDI Perjuangan dan aktivis GMNI. Kini Onny tercatat sebagai Sekretaris Pengurus Alumni GMNI Jatim.
Secara pendidikan, Onny merupakan alumnus dari Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya. Kini, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komunitas Seni dan Budaya DPD PDIP Jatim.
7. Haries Purwoko
Nama Haries Purwoko sebenarnya sudah tak asing lagi di Surabaya. Dia saat ini menjabat Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jawa Timur. Selain menjabat Ketua P3I, Haries juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum bidang Industri Kreatif Kadin Jatim.
Dalam karir organisasi dan politik, nama Haries juga tak asing. Ia pernah maju sebagai calon wakil wali kota Surabaya pada Pilwali tahun 2015 lalu mendampingi Dhimam Abror sebagai bakal calon wali kota yang diusung Partai Demokrat.
Pada Pileg 2019 lalu, Haries maju mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif DPR RI Provinsi Jawa Timur Dapil 1 (Surabaya-Sidoarjo) dari Partai Bulan Bintang (PBB). Ia juga menjabat sebagai Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila (PP) Kota Surabaya periode 2019-2023. Sebelumnya ia juga menjabat sebagai Ketua PP cabang Surabaya periode 2015-2019.
8 Gunawan S.Th
Di kalangan masyarakat Tionghoa Surabaya, mungkin nama Gunawan tidak asing. Ia merupakan anggota dari Sekolah Tinggi Teologi Happy Family Center (STTHF) Surabaya. Selain itu, Gunawan merupakan alumnus dari Fakultas Ekonomi Univeritas Tujuh Belas Agustus angkatan 1992.
Ia juga pernah menjadi salah satu relawan untuk turut membantu Pemkot Surabaya, pasca Bom Surabaya 2018. Gunawan juga merupakan aktivis penghapusan surat ijo dan penggiat UMKM Surabaya. Kini, ia merupakan rohaniawan di salah satu rumah ibadah di Surabaya.
Dalam jenjang karir politik, sebenarnya Gunawan bukanlah orang baru. Pada Pileg 2019 kemarin, ia maju sebagai Caleg DPRD tingkat 1 Jawa Timur Dapil Surabaya-Sidoarjo dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hingga kini, ia masih aktif sebagai kader dan anggota PSI Surabaya.
9 Mega Tjandra
Mega Tjandra merupakan kader PDI Perjuangan Surabaya. Ia baru setahun menjadi kader partai banteng moncong putih itu. Selama ini, Mega dikenal sebagai salah satu penggagas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Surabaya.
10. Fandi Utomo
sosok dan nama Fandi Utomo sering terdengar di telinga masyarakat Surabaya. Ia merupakan lulusan dari Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya angkatan 1993. Semasa kuliah, Fandi aktif beorganisasi di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Perjalanan politiknya dipengaruhi dan turun dari darah ayahnya yang merupakan mantan Gubernur Jawa Timur periode 1998-2008, Imam Utomo. Terlepas dari itu, pada tahun 2009, Fandi bergabung menjadi kader Demokrat dan mendapat tanggung jawab sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat Jawa Timur pada tahun 2009-2011.
Merasa punya basis akar yang besar di Surabaya dan didukung oleh Demokrat dan 3 partai politik lainnya, pada Pemilihan Walikota Surabaya tahun 2010, Fandi mencalonkan diri menjadi Walikota namun kalah dengan Tri Rismaharini yang didukung oleh PDI Perjuangan.
Pencalonan Fandi di Pilkada 2010 ini ternyata banyak dikecam oleh kader Demokrat sendiri. Ia terancam dipecat dari Demokrat karena dituduh mencalonkan diri melewati partai lain.
Meski begitu, ia terpilih menjadi Anggota DPR-RI periode 2014-2019 dari Partai Demokrat (Demokrat) mewakili Dapil Jawa Timur I setelah memperoleh 26,335 suara. akhirnya, ia duduk di Komisi II DPR RI, yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur dan reformasi birokrasi dan kepemiluan.
Pada Pileg 2019 lalu, Fandi menyeberang ke PKB untuk maju sebagai Caleg DPR RI Dapil Jatim 1. Namun ia gagal lolos ke Senayan. Suaranya masih kalah banyak dibandingkan caleg PKB lainnya, Arzeti Bilbina yang lolos ke Senayan.
Selain di bidang politik, Fandi adalah mantan dosen teknik elektro di ITS Surabaya tahun 1993 hingga 2004. Sekarang, ia aktif sebagai pengusaha di bidang pengelolaan hutan di Kalimantan dan bergerak dengan perusahaan bernama PT. Aquila Silva.