Doa dari sembilan Kiai menutup rangkaian Istighosah Kubro yang digelar di GOR Sidoarjo, Minggu (9/4/2017). Ribuan umat yang sejak dinihari memadati GOR secara berangsur pulang dengan tertib. Berbeda dengan doa bersama yang akhir-akhir ini kerab dilangsungkan di jalan-jalan. Istighosah khas NU tidak ada cacian dan makian, ulama yang hadir tidak ada satupun yang melontarkan kalimat-kalimat kebencian. Pantauan ngopibareng.id, Istighosah kali ini dimulai dari sambutan Ketua PWNU Jatim KH Mutawakil Alallah yang lantas dilanjutkan dengan pembacaan maklumat PWNU yang dibacakan KH Anwar Iskandar, Rois Syuriah PWNU. Ada lima butir maklumat yang dibacakan yaitu :1. menjaga agama dari hal-hak yang bisa merusak agama itu baik dari keyakinan ucapan maupun perbuatan. Menjaga agama adalah kewajiban bagi seluruh nahdliyin sebagaimana dicontohkan asyalafusholih sejak zaman dulu. menjunjung tinggi prinsip ahlussunah Wal jamaah dengan senantiasa menyebarkan Islam yang damai teduh dan mengayomi. 2 menjaga negara dari hal-hal yang merusak atau membahayakan kedaulatan NKRI, Pancasila, UUD, Kebinekaan serta menjaga keutuhan persatuan Indonesia adalah tanggung jawab kita semua. Karena negara adalah harta paling mulia dan paling bernilai. 3. menjaga amanah seraya menegakkan keadilan sosial adalah kewajiban seluruh pemimpin negara, agama,politik, serta pemimpin ekonomi agar bangsa ini terhindar dari kesenjangan sosial 4. menjaga umat agar bangsa ini bermartabat terhormat dan bernilai di hadapan Allah. 5. Menjaga persatuan, kedamaian, keamanan, ketertiban serta Instrospeksi diri. Usai membaca maklumat, lantas KH Makruf Amin memberikan tausiyah singkat. "Kita berdoa disini untuk meminta ampun atas diri kita sendiri dan memohonkan ampun atas kesalahan pemimpin-pemimpin kita," kata dia. Setelah itu, Istighosah lantas dimulai dan dipimpin oleh KH Miftachul Ahyar pengasuh pesantren Miftachussunnah Surabaya yang juga Wakil Rois Aam PBNU. Selanjutnya sembilan Kiai secara bergantian membacakan doa diantaranya adalah KH Nurul Huda Djazuli dari Ploso, Kediri; KH Anwar Manshur, Pesantren Lirboyo Kediri ; serta KH Nawawi Abdul Jalil Sidogiri, Pasuruan. (Wah)