Sembako Naik Jelang Nataru di Probolinggo
Sebagian dari bahan pokok di pasar tradisional Kota Probolinggo merangkak naik menjelang hari Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Kenaikan sembilan bahan pokok (sembako) sejak sekitar sepekan lalu itu di antaranya terlihat pada harga bumbu dapur, cabai, sayur-mayur, daging, telor hingga minyak goreng.
Komoditas bumbu-bumbu dapur yang banyak dibeli ibu-ibu rumah tangga seperti, cabai rawit harganya semakin “pedas”. Cabai rawit yang sepekan lalu Rp 58.000 naik menjadi Rp 75.000 per kilogram (Kg).
Pemantauan di pasar induk, Pasar Baru Kota Probolinggo, harga komoditas sayur-mayur juga naik. Contohnya, sawi hijau yang sebelumnya Rp 20.000 bahkan naik dua kali lipat menjadi Rp 40.000 per ikat.
Wortel lokal yang sebelumnya Rp 7.000 naik menjadi Rp 12.000 per Kg, selada air yang awalnya Rp 20.000 melambun tinggi di kisaran Rp 50.000 per Kg.
Sementara telor ayam negeri (broiler) sedikit naik, dari Rp 24.000 menjadi Rp 26.000 per Kg. Demikian juga daging ayam broiler juga sedikit naik, dari Rp 32.000 menjadi Rp 35.000 per Kg. Sedangkan daging sapi lokal yang awalnya Rp 100.000 naik menjadi Rp 120.000 per Kg.
“Sudah biasa harga sembako naik menjelang hari raya, termasuk Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2022. Apalagi sekarang ini kan puncak musim hujan, sebagian bumbu dan sayur harganya terpengaruh,” ujar Su’eb, pedagang di Pasar Baru, Selasa, 14 Desember 2021.
Hal senada diungkapkan Maryam, juga pedagang di Pasar Baru. “Mendekati Natal dan Tahun Baru wajar kalau harga daging ayam broiler dan daging sapi naik,” katanya.
“Kalau minyak goreng baik curah maupun kemasan bahkan sudah naik, beberapa bulan lalu. Katanya dari pabriknya memang naik,” ujar Ningsih, pedagang sayur di Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kaningaran, Kota Probolinggo. Ia mencontohkan minyak goreng kemasan merk tertentu yang sebelumnya Rp 15.000 (kemasan 1 liter) naik menjadi Rp 22.000.
Naiknya sebagian sembako menjelang Nataru dinilai memberatkan bagi warga yang memiliki warung nasi. “Harga jual makanan tidak kami naikkan, takut pelanggan lari. Akibatnya, keuntungan semakin kecil,” ujar Yudi, pemilik warung nasi di Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.