Selendang Mayang, Kuliner Betawi Peninggalan Zaman Belanda yang Tetap Disukai
Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang beragam. Setiap hidangan memiliki ciri khas yang telah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang.Salah satu kuliner yang masih eksis dan sukai hingga kini yakni berasal dari Betawi "Selendang Mayang".
Selendang Mayang tergolong minuman tradisional Indonesia yang terbuat dari gula kelapa, santan, dan serutan es. Kemudian ditambah agar-agar, ketan hitam, dan biji selasih.
Masyarakat Betawi mengenal kuliner yang satu ini sejak zaman Belanda dan menjadi minuman kegemaran masyarakat Betawi serta orang-orang Belanda. Nama Selendang Mayang tak lepas dari cerita rakyat Si Jampang Mayangsari yang muncul di awal tahun 1900-an dengan tokoh Mayangsari yang terkenal cantik.
Minuman jajanan ini memiliki cita rasa khas perpaduan manis dan gurih, warna cantik dari tepung sagu, serta diguyur dengan kuah santan gurih. Selendang Mayang selain segar di tenggorokan dan dingin di perut, tampilannya yang indah dengan aneka warna, hijau, kuning dan merah muda, menjadi daya tarik tersendiri, membuat orang tergoda ingin menikmati. Apalagi di saat cuaca panas.
Disayangkan minuman legendaris yang diklaim betasal dari Betawi tersebut sekarang sulit ditemukan, kecuali pada waktu hajatan orang Betawi, Selendang Mayang menjadi menu wajib untuk menjamu tamu.
Masyarakat Jakarta sendiri mengatakan, mencari Selendang Mayang sekarang tidak semudah mencari jenis minuman yang lain seperti es cendol, doger, dawet, cincau dan es krim. Kalau ada yang jualan, pedagangnya rata-rata usianya di atas 50 tahun.
"Saya sudah 35 tahun jualan Selendang Mayang berkeliling masuk keluar kampung. Dulu teman saya mah banyak, sekarang tinggal limaan yang masih bertahan, selain faktor usia, banyak yang sudah meninggal," kata salah seorang penjual es Selendang Mayang yang sedang melepas lelah di halaman sebuah musala di daerah Kemanggisan Jakarta Barat.
Pria bernama Muhidin mengaku sudah lelah berkeliling memikul beban di pundaknya untuk menjajakan Selendang Mayang. Penghasilannya berjualan Selendang Mayang terus merosot, kalah dengan jenis minuman lain yang dijual di gerai.
Muhidin baru bisa tersenyum lebar kalau diundang oleh Dinas Pariwisata Jakarta yang sedang menggelar acara dengan menampilkan minuman dan makanan khas Betawi. Selandang Mayang biasanya disandingkan dengan Bir Pletok, Kerak Telor, Roti Buaya dan Asinan Sayur. "Sistemnya borongan untuk dibagikan pada tamu secara gratis," ujar Muhidin.
Penghasilan yang diperolehnya lebih besar dan tidak melelahkan karena tidak perlu keliling lagi. Waktu diundang pada acara khusus, penampilan dan kemasannya harus rapi. Berbeda dengan waktu jualan keliling, tampil seadanya.
Kata Muhidin, sejatinya masyarakat yang menyukai Selendang Mayang, cukup banyak. Tapi mereka tidak mengetahui di mana membelinya.
Minuman Jadul
Minuman ini sekarang jarang ditemukan, masyarakat Betawi sendiri menggapnya minuman kuno. Di acara-acara tertentu seperti Lebaran Betawi, minuman ini disajikan dan sering disertai dengan label "minuman Betawi jadul".
Selain menyegarkan, minuman ini dapat mengurangi rasa lapar karena dibuat dengan bahan dasar tepung beras. Beberapa penjual di kota tua membuat minuman ini dengan bahan dasar tepung hunkue dengan alasan lebih mudah dan efisien. Per mangkoknya dibanderol Rp6 ribu.
Budayawan Betawi Yahya Andi Saputra menuturkan ada rasa khas tersendiri saat mencoba kuliner dari daerah asalnya. Orang Betawi akan selalu merindukan makanan yang sejak kecil ditemuinya.
Kuliner Betawi memang tak akan lekang oleh zaman karena cita rasanya yang selalu cocok di lidah masyarakat.
Namun, di balik itu, ada juga peran Pemerintah yang terus menggaungkan beragam budaya tersebut. Bahkan, modernisasi kuliner memang sudah dilakukan sejak dulu sehingga tidak masalah jika kuliner Betawi ditampilkan dalam berbagai rupa. Dari hal itulah maka kuliner Betawi akan terus terdengar.
Advertisement