CFM di Bromo Dikritik DPRD
Car Free Month (CFM) di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) sejak 23 Januari lalu segera berakhir, Selasa mendatang, 25 Februari 2020. Ribuan wisatawan yang ingin merasakan suasana alami dan natural di Bromo tanpa gangguan asap knalpot kendaraan bermotor tampak berjejal di akhir pekan.
"Kami sengaja mengajak jajaran Pemkab Probolinggo untuk merasakan betapa nikmat berwisata tanpa gangguan kendaraan bermotor," ujar Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari di Laut Pasir (Kaldera) Bromo, Minggu, 23 Februari 2020.
Puput mengaku, akan menularkan pengalaman menikmati Bromo tanpa asap knalpot, tanpa raungan kendaraan bermotor itu kepada semua orang. "Benar-benar alami, bisa menghirup udara segar di Bromo tanpa dicampuri emisi kendaraan bermotor," katanya.
Bahkan bupati wanita pertama di Kabupaten Probolinggo itu meminta kepada Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) untuk memberlakukan CFM-CFM di momen lain di luar Wulan Kapitu (Bulan Ketujuh) Kalender Saka, yang dipedomani warga Tengger.
Sementara itu, tokoh warga Tengger, Supoyo mengapreasi program CFM. "Wisatawan bisa merasakan suasana lain berwisata di Bromo ya saat Car Free Month," ujarnya.
Yang jelas, kata Supoyo, CFM segera berakhir Selasa mendatang. "Jadi Selasa malam, kendaraan bermotor kembali diperbolehkan memasuki Laut Pasir," katanya.
CFM bersamaan dengan warga Tengger melaksanakan Puasa Mutih di Wulan Kapitu. “Bersamaan dengan Puasa Mutih, pihak Taman Nasional menerapkan, kawasan TNBTS ‘puasa’ dari raungan dan semburan asap kendaraan bermotor.
Di hari-hari akhir CFM, pemandangan di TNBTS pun terlihat wisatawan yang berjalan kaki, sebagian menaiki kuda-kuda tunggangan. Bahkan warga Bromo yang biasa menyabit rumput di kawasan Bukit Teletubbies di kawasan TNBTS pun terpaksa berjalan kaki meski jaraknya relatif jauh, sekitar 5 kilometer.
Memang sempat ada sorotan dari Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim, Mahdi terkait pelaksanaan CFM. "Pihak TNBTS, juga pemda-pemda di kawasan TNBTS sebaiknya menawarkan alternatif pengganti bagi pemilik jip dan motor ojek agar mereka tidak mengganggur saat CFM," katanya.
Mahdi menambahkan, TNBTS atau pemda bisa menawarkan destinasi lain di luar TNBTS yang masih bisa dikunjungi wisatawan dengan kendaraan bermotor. “Selain itu masih banyak kalangan UKM yang terpengaruh pelaksanaan CFM, mereka harus ditawari solusi biar dapurnya tetap mengepul,” kata politisi PPP itu.
Sebenarnya tanpa CFM pun, kawasan Bromo sepi wisatawan karena memang sedang low season wisatawan. Biasanya wisatawan lokal enggan berwisata ke Bromo di musim hujan.
“Sementara wisatawan manca negara hanya satu-dua yang berkunjung di bulan Januari-Februari ini,” ujar Santoso, pemilik homestay di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Advertisement