Selaraskan Ideologi Pancasila dan Islam, Peran KH Achmad Siddiq
Sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) turut beperan besar dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran serta NU telah ditunjukkan sejak jaman perjuangan merebut kemerdekan Indonesia, dengan terlibat melawan penjajah.
"Demikian pula dalam era setelah kemerdekaan, NU juga terlibat aktif mengisi kemerdekaan melalui keterlibatanya dalam pembangunan bangsa," kata Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, KH Afifuddin Muhajir, dikutip Rabu 4 September 2019.
“NU turut berjuang, baik dalam merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan hingga mengisi kemerdekaan,” ungkapnya, saat menjadi narasumber dalam Seminar Pengusulan KH Achmad Siddiq dan Letkol Moch Sroedji Sebagai Pahlawan Nasional di Pendopo Wahyawibawagraha, Jember, belum lama ini.
KH Afifuddin menjelaskan, setidaknya, ada tiga peran NU yang paling utama; pertama, NU sebagai benteng aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), kedua, NU sebagai pengawal moral bangsa Indonesia, dan ketiga, NU sebagai penyanggah (pilar) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kiai Afif, demikian paggilan akrabnya, menekankan bahwa KH Achmad Siddiq berperan besar dalam menunjukkan peran NU sebagai pilar bangsa.
“Di point ketiga ini, peran KH Achmad Siddiq sangat luar biasa melalui ajaran-ajarannya,” ungkapnya.
Dikatakannya, gagasan dan pemikiran Kiai Achmad, sapaan akrabnya, terkait dengan Pancasila dan NKRI begitu besar dengan cara menjembatani antara ideologi Pancasila dan keyakinan Agama Islam.
“Kiai Achmad, berhasil meyakinkan NU dan umat Islam bahwa Pancasila itu tidak bertentangan, bahkan selaras dengan nilai-nilai Islam. Sehingga akhirnya umat Islam menerima Pancasila sebagai azas tunggal,” jelasnya.
Kiai Afifuddin berharap agar Kiai Achmad dianugerahi gelar pahlawan nasional. Sebab, gelar tersebut mempunyai maksud untuk memberikan teladan pada generasi muda sekaligus untuk meneruskan sejarah.
“Agar pemikirannya terkait dengan soal kebangsaan bisa lestari,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember, Akhmad Taufiq menegaskan bahwa seminar tersebut merupakan tindak lanjut dari pengajuan pengusulan pahlawan nasional terhadap Kiai Achmad Siddiq dan Letkol Moch Sroedji.
“(Seminar) ini adalah bagian dari syarat kelengkapan untuk mengajukan beliau untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional,” ucapnya.
Menurutnya, hingga saat ini capaian pengajuan gelar pahlawan nasional memang untuk keduanya sudah mencapai 80 persen. Semua persyaratan terus diupayakan untuk dipenuhi sampai akhirnya tuntas.
“Kita berharap tidak begitu lama lagi, semuanya sudah kelar,” ujarnya.