Selamatkan Populasi Hiu di Indonesia Lewat Inovasi Karya UB
Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan sebuah inovasi berupa alat untuk menyelamatkan populasi hiu di Indonesia. Alat itu bernama Electro Shield System (ESS).
Ketiga mahasiswa itu yakni Galih Dandung Akbar Gumala, Muhamad Ali Dofir, dan Romi Dwi Nanda. Ketiganya merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan (FPIK) UB.
Salah satu anggota tim, Muhamad Ali Dofir mengatakan pembuatan alat ini berawal dari cerita dan keluhan para nelayan. Yakni tentang seringnya nelayan memancing by catch.
By catch sendiri adalah tangkapan ikan-ikan yang tidak diinginkan. Ikan-ikan tersebut tertangkap secara tidak sengaja karena keterbatasan alat tangkap untuk memilih tangkapan.
"Jadi nelayan ikan tuna itu sering di jaringnya dapat ikan hiu. Karena hiu saat liat tuna diam, dia mendekat ke jaring dan akhirnya ikut ketangkap juga," katanya saat ditemui.
Dofir menjelaskan alat ESS ini dibuat untuk pengurangan by catch terutama hiu. Mekanisme alat ini yakni menghalau hiu dengan cara memancarkan gelombang listrik.
"Kalau frekuensi listrik dibawah 55 Hz, hiu akan mengira itu adalah mangsa. Tapi kalau frekuensi di atas itu, hiu menganggap itu musuh dan akan menjauh," ungkapnya.
Alat ini sendiri dirancang sejak 2015 untuk mengikuti kompetisi inovasi alat tangkap yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan World Wide Fund for Nature (WWF).
"Kami lolos tahap proposal 30 besar. Jumlah pendaftar ada 900 lebih. Setelah itu ternyata kami Juara I. Padahal lawan kami ada yang profesor, doktor, praktisi dan lain-lain," tuturnya.
Dofir menjelaskan saat itu tim nya mempresentasikan prototype ESS yang menggunakan sampel ikan lele. Dia mengaku alat itu sukses ketika diujicobakan pada lele.
"Coba lele dikontrakan, ternyata ngefek. Lele sempat terkejut saat dicoba. Itu yang kami paparin ke kementerian dan WWF, kami presentasi apa adanya," terangnya.
Usai meraih juara, tim ESS pun mendapatkan dana untuk melakukan riset lanjutan. Hingga saat ini riset telah dilakukan tiga kali di perairan Banyuwangi, Bangka Belitung, dan Flores.
Advertisement