Selamat Ngopi, Apa Perut Sudah Terisi?
Jam begini ucapan selamat ngopi bertebaran di mana-mana. Pastinya di grup-grup medsos. Grup WA, dan seterusnya. Padahal, biasanya, ucapan bernada ajakan seperti ini munculnya pagi hari. Sebelum semua aktivitas berjalan. Sebelum kesibukan menyita jadwal ngopi.
Ini hari kedua ramadhan. Tentu tidak segugup hari kemarin. Hari pertama ramadhan. Gugup menyiapkan segala macam menu buka puasa. Gugup mengembarakan imajinasi, makanan apa yang mesti disantap pertama kali. Juga, minuman apa yang kudu masuk duluan untuk membilas tenggorokan yang seharian kering kerontang.
Karena gugup, akhirnya apa saja dibeli. Makanan melimpah ruah jadinya. Memenuhi meja makan. Begitu juga dengan minuman. Apa saja diangkut pulang. Segala macam yang dingin ada. Mulai es kelapa muda hingga es kopi. Siap juga air panas untuk menyeduh kopi.
Bukan main. Meja serasa pasar tumpah. Sampai bingung meletakkan pantat, baiknya ada di sebelah mana.
Ternyata lapar itu hanya ada di mata. Sering disebutnya lapar mata. Bahasa Jawanya: yok yok'o. Seolah-olah. Koyo-koyone. Pasar tumpah mau dilahap semua. Ternyata, setelah segelas es kelapa muda tandas, berikut dua potong gorengan mana suka, perut sudah kenyang. Sendawa pun sudah keras membahana. Pertanda angin di lambung meruap keluar.
Sudah malas makan. Berikutnya meninggalkan meja. Mencari angin di luar. Bagi perokok tentu menyalakan rokoknya. Yang tidak merokok sepertinya memilih seduhan kopi untuk menemaninya mencari angin.
Dengan isi perut seminim itu, sudah amankah menyeruput kopi? Sejauh opini yang berkembang, gaya begini dinyatakan masih tidak aman untuk menyeruput kopi. Kualitas makanan yang masuk, dua potong gorengan, mengandung unsur minyak pula, tak membuat lambung dalam kondisi prima. Sebaiknya memang tak perlu ngopi dulu.
Tak dipungkiri kekuatan lambung masing-masing orang berbeda. Isi perut minim ada yang langsung tancap gas ngopi tak berpengaruh apa-apa. Namun tak sedikit yang mengaku, model ngopi begitu akan menimbulkan masalah di lambung. Bisa sakit. Bisa berminggu-minggu kemudian tidak bisa ngopi.
Lalu, baiknya seperti apa? Kalau ngopibareng.id, ada baiknya bijak dengan kopi. Tak perlu juga memaksa diri ngopi kalau memang lambung belum stabil. Daripada tak bisa ngopi malah repot.
Minimnya isi perut sejatinya tak bisa dijadikan patokan sudah layak ngopi atau belum. Isi perut minim tapi yang diisikan berkualitas tentu tidak menjadi soal. Saat memulai buka puasa misalnya, air putih dahulu dua gelas, kemudian buah kurma tiga biji, tentu selanjutnya sangat oke buat diisi kopi.
Tapi kalau hanya gorengan berminyak, dua potong jumlahnya, berikutnya kopi, sebaiknya, dan bijaknya, ngopinya ditunda dulu sebentar. Lapisi dinding lambung dulu dengan makanan sehat: lalu ngopi. (widikamidi)