Selamat Natal, Pandangan Syeikh Al-Buthi dan Yusuf Qaradhawi
"Aku ditanya teman, bagaimana pandangan Ulama tentang ucapan Selamat Natal?," ujar KH Husein Muhammad.
Kiai Husein Muhammad, sebagaimana tradisi intelektual Muslim, khususnya dari Pesantren, selalu merujuk pada pandangan ulama yang telah mempunyai otoritas di bidangnya.
Untuk itu, Kiai Husein Muhammad menjelaskan pandangan dua ulama besar, Syeikh Ramadhan al-Buthi dan Syeikh Yusuf al-Qardhawi. Berikut catatannya:
Syeikh Said Ramadhan Al-Buthi, ulama besar Siria, yang wafat saat mengaji, karena dibom kaum ekstremis kekerasan, saat ditanya : "Bolehkah mengucapkan kata "Selamat" pada Non-Muslim saat Hari raya Agama mereka, terutama umat Nasrani (Kristen)?, menjawab :
يجوز تهنئة الكتابيين : النصارى واليهودي بأفراحهم ويجوز تعزيتهم بمصائبهم بل يسن ذلك كما نص عليه الفقهاء ويجوز الدخول لمعابدهم لمناسبة ما بشرط ان لا يشترك معهم في عبادتهم
“Boleh mengucapkan kata "Selamat" pada dua kelompok Ahlul kitab saat hari raya mereka. Baik itu Umat Yahudi ataupun Nasrani. Dan juga boleh Menta'ziyahi mereka saat terkena musibah, bahkan hal tersebut disunnahkan, sepertihalnya yg dijelaskan oleh ulama' Ahli fiqh. Dan boleh masuk ke dalam tempat peribadatan mereka dalam rangka menyesuaikan (lingkungan) dengan syarat tidak mengikuti dalam ritual peribadatan mereka”. (Istifta al-Naas, hlm. 10).
Syeikh Sa'id Ramdhan juga mengatakan : Kami di Siria tempat kelahiran agama-agama, pusat peradaban, tempat perjumpaan gagasan kemanusiaan dan cahaya toleransi, menghargai seluruh warga/penduduk dengan segala perbedaannya, untuk menyampaikan Selamat Natal. Semoga hari-harinya selalu baik dan diberkati Tuhan.
Pandangan Syeikh Yusuf al-Qardhawi
Syeikh Dr. Yusuf al Qardhawi, ketua Ulama Islam sedunia dari Mesir menyampaikan pandangannya yang sangat menarik dan kontekstual, mengenai ucapan Natal untuk umat Kristiani. Katanya :
أن تغير الأوضاع العالمية، هو الذي جعلني أخالف شيخ الإسلام ابن تيمية في تحريمه تهنئة النصارى وغيرهم بأعيادهم، وأجيز ذلك إذا كانوا مسالمين للمسلمين، وخصوصا من كان بينه وبين المسلم صلة خاصة، كالأقارب والجيران في المسكن، والزملاء في الدراسة، والرفقاء في العمل ونحوها، وهو من البر الذي لم ينهنا الله عنه. بل يحبه كما يحب الإقساط إليهم “إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ” الممتحنة. ولا سيّما إذا كانوا هم يهنئون المسلمون بأعيادهم، والله تعالى يقول: “وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا”
“Perubahan sistem pemerintahan dunia telah membuat saya berbeda pendapat dengan Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah yang mengharamkan mengucapkan Natal kepada kaum Nasrani. Saya membolehkannya jika dalam situasi damai. Terlebih lagi bagi orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga, teman-teman kuliah atau kerja. Ucapan Natal kepada mereka merupakan bentuk “al-Birr” (kebajikan). Tuhan tidak melarang bahkan senang jika kita melakukan kebaikan dan bertindak adil. Apalagi jika mereka memberikan ucapan selamat kepada hari raya kita. Allah mengatakan : "Jika kamu memeroleh kehormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan cara yang lebih baik atau minimal dengan penghormatan yang sama”.