Selamat Jalan Ibu Ani Yudhoyono
Oleh: Ady Amar
Penulis keislaman yang juga direktur Penerbit Risalah Gusti Surabaya.
Kepergiannya menyisakan sejumlah kenangan bagi bangsa Indonesia. Ady Amar, penulis keislaman yang juga direktur Penerbit Risalah Gusti Surabaya, menuliskan sejumlah kesannya terhadap Ny Ani Yudhoyono. Redaksi.
Kristiana Herrawati, atau biasa dipanggil Ani Yudhoyono. Istri dari Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden RI ke-6. Memiliki dua putra, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
Meninggal dunia di Singapura dalam usia 67 tahun (6 Juli 1952-1 Juni 2019), sekitar pukul 11:50 Waktu Singapura, 1 Juni 2019… Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Hidup dan kematian seseorang ada dalam kendali dan kekuasaan Allah SWT.
Ibu Ani Yudhoyono adalah Ibu Negara yang mendampingi Presiden SBY sepuluh tahun, dua periode masa jabatan dengan begitu baiknya. Mengikuti gerak langkah sang suami tanpa meninggalkan masalah.
Melihat Ibu Ani terkesan keanggunan perempuan, selalu dengan tampilan gaun yang rapi… Agar lincah bergerak, ia kerap selalu memakai celana panjang dengan baju atasan lengan panjang atau pendek yang disesuaikan dengan acara yang ada.
Saat mendampingi Bapak SBY menemui masyarakat, acap Ibu Ani aktif mencatat pertanyaan dari penanya, sekadar memastikan agar tidak ada yang terlewat respons yang dijawab suaminya.
"Ibu Ani adalah pribadi yang tampak serius, namun penuh senyum di wajahnya. Sorot matanya tajam saat mendengarkan lawan bicara, dan menjawabnya dengan lugas. Terkadang tampak gusar jika ada tempaan yang mencederai Pak SBY, tapi beliau pandai menyiasati kegusaran itu dengan ketenangan emosional yang dibangunnya."
Ibu Ani adalah pribadi yang tampak serius, namun penuh senyum di wajahnya. Sorot matanya tajam saat mendengarkan lawan bicara, dan menjawabnya dengan lugas. Terkadang tampak gusar jika ada tempaan yang mencederai Pak SBY, tapi beliau pandai menyiasati kegusaran itu dengan ketenangan emosional yang dibangunnya.
Tidak salah jika dikatakan dia adalah Ibu Negara yang enak dilihat (good looking) yang tampilannya tampak sesuai dengan sang suami yang elegan, rapi dan jika bicara runtut. Tidak persis tahu siapa yang mewarnai sikap dan tampilan Ibu Ani itu, apakah menyesuaikan dengan sang suami, atau bahkan Pak SBY yang terwarnai oleh sang istri. Atau bahkan Tuhan menciptakan keduanya memiliki karakter dan tampilan yang nyaris sama.
Ibu Ani jika berbicara intonasi suaranya tebal, hati-hati dalam menyampaikan pendapatnya, ada penekanan kata per kata, bisa jadi agar tidak terjadi kesalahan interpretasi penyikapan pada suatu persoalan, atau tidak salah tafsir dalam penjelasannya.
Ibu Ani bisa jadi adalah Ibu Negara yang paling “berperan” dalam tugas-tugas sang suami. Bahkan disebut pribadi yang ikut mewarnai perjalanan republik ini, khususnya selama kepemimpinan Pak SBY selaku presiden. Dia bisa disejajarkan dengan almarhum Ibu Tien Suharto.
Ibu Ani juga dianggap sebagai penasihat utama suaminya, baik sebelum menjabat, selaku presiden maupun pasca sang suami menjadi orang biasa, pengurus Partai Demokrat…
Di mana ada SBY di situ ada Ani. Bahkan yang lebih ekstrem lagi ada yang mengatakan bahwa tanpa Ani tidak akan SBY berkibar. Tentu itu spekulasi yang sulit dibuktikan apalagi jika disangkutpautkan pada dunia mistis yang sulit dinalar. Spekulasi itu perlu pembuktian, biarlah waktu yang membuktikan. Tapi satu hal, kehadiran Ibu Ani buat seorang SBY memang amat terasa. Bagai magnet yang sulit dipisahkan.
Lihat saja, lebih kurang empat bulan Pak SBY mendampingi Ibu Ani berobat ke Singapura. Tidak pernah rasanya kita melihat tanpa ada Pak SBY di sisi istri yang tergolek… Pak SBY senantiasa mendampingi Ibu Ani, memberi semangat saling menguatkan…
Adegan-adegan yang sempat terekam dan diabadikan adalah momen-momen kebersamaan yang indah, selalu hadir dan sedap dipandang. Penuh romantisme yang tidak dibuat-buat. Tidak ada kecanggungan di antara keduanya. Romantisme selayaknya yang tetap dalam koridor kesopanan khas Timur.
Ada adegan saat Ibu Ani dengan pakaian rumah sakit duduk di kursi dengan posisi menulis di atas meja, entah apa yang ditulisnya. Dan sang suami di sampingnya dengan posisi membungkukkan badan sambil melihat apa yang ditulis sang istri. Adegan kemesraan yang cuma mereka berdua yang tahu persis apa yang ditulis dan dibicarakannya. Melihat adegan itu sudah cukup buat kami melihatnya kebersamaan dan romantisme yang berpadu.
Mendorong kursi roda di pelataran rumah sakit hingga sampai ke taman yang dilakukan Pak SBY atas Ibu Ani, duduk berduaan dengan keduanya menutup hidung dan mulut masing-masing dengan masker… Bangunan kebersamaan keduanya sungguh indah dipandang mata, menghipnotis siapa saja yang melihatnya dengan rasa haru.
Adegan demi adegan yang dipersembahkan keduanya seakan memberi pelajaran berharga pada kita semua untuk saling men-support satu sama lain, terkhusus pasangan suami istri, tidak hanya untuk anak menantunya, tapi dipersembahkan untuk masyarakat luas… Sungguh pelajaran berharga yang mustahil didapat di bangku-bangku sekolah.
Selamat jalan Ibu Ani Yudhoyono, kami akan selalu mengingat dan merindukan sosok keibuan yang teduh dengan wajah optimis yang selama ini dihadirkannya… Semoga Pak SBY dan keluarga yang ditinggalkan dapat melepasnya dengan ikhlas sosok perempuan istimewa dan ibu yang hadir bagi anak-anaknya.
Tidak ada yang abadi, kita semua akan menyusul kematian, suka atau tidak, siap atau tidak siap… Al-Fatihah buat Ibu Ani Yudhoyono.
Takzim.
Ady Amar