Selamat Hari Raya Nyepi, Begini Makna dan Upacaranya
Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944, jatuh pada hari ini, Kamis 3 Maret 2022. Bagi umat Hindu, Nyepi juga sebagai wujud penyucian diri. Salah satu daerah yang ikut menyambut datangnya tahun baru Saka 1944 adalah Pulau Dewata, seluruh masyarakat akan melewatinya dengan cara menyepi atau sunyi.
Perayaan nyepi juga akan diperingati dengan beberapa upacara dan tradisi yang masih dilakukan hingga sekarang. Di antaranya ada proses Melasti, Tawur, dan Pengrupukan, masing-masing proses tersebut juga memiliki makna tersendiri.
Bahkan tahun ini, pawai ogoh-ogoh di Bali juga resmi digelar setelah ditunda karena pandemi Covid-19. Masyarakat dan para pemuda Bali pun menyambutnya dengan antusias dan memberikan karya terbaiknya lewat ogoh-ogoh yang diciptakannya.
Berbicara Bali memang tak ada habisnya dengan tradisi dan keseniannya yang kental. Beginilah perayaan dan tradisi nyepi yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali.
Sejarah Perayaan Hari Raya Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi berarti sunyi, dan senyap. Merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan pada kalender Caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Dalam perhitungan kalender Caka, satu tahun memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa.
Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Caka di Bali dimulai dengan menyepi dan melaksanakan catur brata penyepian dan tidak ada aktivitas seperti biasa alias dilarang dan dihentikan selama hari raya Nyepi berlangsung.
Hari raya Nyepi tercipta berdasarkan cerita dari kitab suci Weda yang menceritakan di mana pada awal abad Masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.
Pada saat itu banyak terjadi pertikaian antar suku-suku bangsa (Suku Caka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya) dengan kondisi menang dan kalah yang silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku pada akhirnya menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu.
Dan pertikaian yang panjang pada akhirnya suku Caka menjadi pemenang di bawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Caka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Caka, pada bulan Maret tahun 78 Masehi.
Berkat kepemimpinan Raja Kaniskha I yang berhasil menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda. Untuk memperingati hal baik yang terjadi di bawah kepemimpinan Raja Kaniskha I maka terciptalah Hari Suci Nyepi. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.
Makna dalam Perayaan Hari Raya Nyepi
Makna Hari Raya Nyepi adalah sarana perenungan diri dari segala hal yang telah dilalui. Tradisi turun temurun ini juga menjadi kesempatan untuk mengevaluasi diri dari masa lalu agar bisa menjadi seseorang yang lebih baik lagi di masa depan. Upacara Nyepi sendiri juga menjadi bentuk ketaatan diri kepada Tuhan.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia atau microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta atau macrocosmos).
Dalam perayaan tersebut terdapat upaya untuk melestarikan alam sekitar dengan melepaskan sifat-sifat serakah yang ada pada diri manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia sering kali mengeksploitasi alam secara berlebihan. Untuk itulah pada saat Hari Raya Nyepi tiba, akan memberikan kesempatan alam untuk beristirahat.
Prosesi dalam Upacara Perayaan Hari Raya Nyepi
Hari raya Nyepi khususnya di Bali memiliki beberapa tahapan, di antaranya:
1. Melasti
Upacara ini dilakuka tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis atau Mekiyis. Pada hari itu, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau untuk dibersihkan atau disucikan.
Bagi umat Hindu, laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan dipercaya dapat menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam. Kemudian, di sekitar laut atau danau itu pula umat Hindu akan melakukan sembahyang bersama. Di Bali sendiri, ada Pantai Sanur, Pantai Klotok, dan Pantai Candidasa yang sering dijadikan tempat untuk prosesi Melasti.
2. Upacara Buta Yadnya
Satu hari sebelum Nyepi yaitu pada 'tilem sasih kesanga' (bulan mati ke-9), seluruh umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya.
Makna dari upacara Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat. Dikalangan masyarakat Hindu, Buta Kala dianggap akan menimbulkan penyakit, malapetaka, dan kematian. Saat upacara Buta Yadnya, seluruh masyarakat dari segala tingkatan akan mengambil salah satu caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.
Upacara Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian atau pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya.
Caru yang ada di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah sembilan tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (warna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak.
3. Ngerupuk atau Pengerupukan (Pawai Ogoh-ogoh)
Prosesi tawur atau pecaruan biasanya diikuti oleh upacara pengerupukan (ngerupuk). Di bagian ini, umat Hindu akan melakukan beberapa ritual. Di antaranya adalah menyebar nasi tawur, mengobori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai atau gaduh.
Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Di Bali, pengerupukan biasa dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling desa dan kemudian dibakar di atas api unggun. Tujuannya sama yaitu untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar. Biasanya, ogoh-ogoh digambarkan berupa boneka raksasa yang terbuat dari kertas dan bambu.
4. Hari Raya Nyepi
Keesokan harinya yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari itu, suasana akan terasa seperti kota mati. Tidak ada kesibukan aktivitas pada umumnya. Di hari ini, umat Hindu akan melaksanakan 'Catur Brata' Penyepian. Dalam Catur Brata Penyepian ini ada beberapa hal yang biasa dilakukan umat Hindu, yaitu:
-Brata: mengekang hawa nafsu seperti berpuasa.
-Yoga: hubungan jiwa dengan paramatma atau Tuhan.
-Tapa: latihan ketahanan menderita.
-Samadi: manunggal kepada Tuhan yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin.
Semua itu menjadi kewajiban bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
5. Ngembak Geni (Ngembak Api)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Caka/Hari Suci Nyepi adalah hari Ngembak Geni jatuh pada 'pinanggal ping kalih' (tanggal 2) sasih kedasa (bulan ke-10). Pada hari itu, Tahun Baru Nyepi sudah memasuki hari kedua. Umat Hindu akan melakukan Dharma Santi (silaturahmi), dari siang hingga sore hari.
Dharma Santi dilakukan dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang semua manusia di seluruh penjuru Bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Karena itu, setiap manusia hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan, serta hidup damai dan rukun.
-Omed-omedan
Bersamaan dengan hari Ngembak Geni, ada tradisi unik turun-temurun bernama Omed-omedan yang hanya bisa ditemui di daerah Sesetan, Denpasar. Tradisi Omed-omedan biasanya diikuti oleh para pemuda-pemudi setempat yang belum menikah dari usia 17 hingga 30 tahun.
Omed-omedan dimulai dengan sembahyang bersama. Lalu, akan dibagi dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua kelompok ini akan berdiri berhadapan. Nantinya, kedua kelompok ini tarik-menarik, berpelukan, dan berciuman pipi sambil disiram air oleh semua masyarakat yang hadir.
Namun sebelum itu, semua peserta Omed-omedan diwajibkan mengikuti upacara atau sembahyang di Pura Banjar.
-Mebuug-buugan
Tradisi Mebuug-buugan juga dilakukan oleh warga Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Tradisi ini diambil dari kata 'buug', artinya tanah atau lumpur untuk membersihkan diri saat menyambut tahun yang baru.
Sesuai namanya, dalam tradisi Mebuug-buugan, setiap orang akan mengotori badan mereka dengan lumpur. Jadi bisa dibilang, ini seperti perang lumpur. Perang lumpur ini boleh diikuti oleh kaum laki-laki maupun perempuan dari semua usia.
Hidangan Tradisional dalam Perayaan Hari Raya Nyepi
Terdapat beberapa makanan atau hidangan tradisional yang akan sering muncul menjelang hari raya Nyepi dan sesudahnya, apa saja?
1. Nasi Tepeng
Merupakan salah satu makanan tradisional khas Gianyar Bali. Ciri khas nasi tepeng dilihat dari isinya, seperti kacang panjang, kacang merah, nangka muda, terong, daun kelor, dan kelapa parut di atasnya.
2. Lawar
Makanan ini terbuat dari campuran sayuran, daging cincang, dan bumbu khas Bali.
3. Entil
Adalah sajian sejenis ketupat terbuat dari beras dan dibungkus daun, lalu diikat dengan bambu. Zaman dahulu, Entil kerap disajikan sebagai hidangan utama saat Tahun Baru Caka. Terlebih, saat Hari Nyepi tidak boleh menyalakan api
4. Pulung Nyepi
Merupakan hidangan dengan campuran kedua tepung itu dikukus, diuleni, dibentuk, dan direbus hingga matang. Lalu, ditambahkan parutan kelapa muda di atasnya.
5. Cerorot
Salah satu kue dalam perayaan nyepi adalah kue basah khas hari raya Nyepi yang dengan bentuk memanjang seperti kerucut karena dicetak dengan kulit ental.
6. Ayam Betutu
Adalah hidangan yang biasanya dijadikan sajian untuk acara sesembahan.
7. Jaja Apem
Salah satu hidangan tradisional yang terbuat dari adonan fermentasi tepung beras yang dicampur dengan tape singkong dan air kelapa.
8. Ketongkol
Makanan tradisional ini merupakan hidangan yang paling nikmat disantap bersamaan dengan sayur, lauk pauk, dan sambal matah khas Bali.
Larangan atau Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Hari Raya Nyepi
Terdapat beberapa peraturan dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh umat Hindu selama hari raya Nyepi, yaitu:
1. Amati Geni
Aturan ini bersifat larangan. Semua umat Hindu yang merayakan Nyepi dilarang menyalakan api, cahaya, dan listrik, atau menunjukkan sifat amarah seperti nyala api.
2. Amati Lelanguan
Amati Lelanguan merupakan larangan bagi siapa pun untuk bepergian, melakukan kegiatan foya-foya atau bersenang ria secara berlebihan. Biasanya, aturan ini diikuti dengan berpuasa penuh selama Hari Raya Nyepi.
3. Amati Karya
Aturan wajib saat Nyepi berikutnya adalah Amati Karya yang berarti tidak boleh bekerja selama perayaan Nyepi.