Selamat Hari Galungan 2022, Inilah Makna di Balik Perayaannya
Hari galungan jatuh pada hari ini, Rabu, 8 Juni 2022. Salah satu hari raya umat Hindu ini disambut begitu meriah terutama bagi masyarakat Bali yang mayoritas penganut agama Hindu.
Hari galungan juga dianggap sebagai hari kemenangan Dharma yang melawan Adharma (kejahatan). Lalu apa makna dan rangkaian dalam acara galungan yang akan dilakukan umat Hindu? Berikut ulasannya untuk Anda.
Makna dalam Hari Galungan
Galungan juga pengingat kepada manusia paham serta mampu mengendalikan dirinya dari sifat-sifat negatif dalam Bhuta Tiga yakni Sang Bhuta Dungulan, Sang Bhuta Galungan, dan Sang Bhuta Amangkurat. Inilah arti-arti dari ketiga Sang Bhuta tersebut:
1. Sang Bhuta Dungulan
Yakni sebuah nafsu yang membuat seseorang untuk mengalahkan semua yang dikuasai orang lain, bahkan kepada orang terdekat pun.
2. Sang Bhuta Galungan
Ialah jenis nafsu dalam diri seseorang yang merasa ingin menang dengan berbagai dalih dan cara yang tidak sesuai dengan norma-norma maupun etika dalam agama yang dianut.
3. Sang Bhuta Amangkurat
Merupakan hawa nafsu yang selalu ingin berkuasa atau menguasai segala keinginan secara batin. Hawa nafsu tersebut jika tidak dikendalikan maka akan tumbuh dengan serakah dalam diri seseorang.
Rangkaian Upacara dalam Hari Raya Galungan
Berikut beberapa rangkaian acara dalam memperingati hari raya Galungan, di antaranya:
- Tumpek Wariga
Tumpek Wariga atau biasa disebut juga Tumpek Pengarah, yakni memuja Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan keselamatan tumbuh-tumbuhan. Umat hindu merayakan Tumpek Wariga dengan menghaturkan banten atau sesaji yang berupa Bubuh atau bubur Sumsum yang berwarna.
- Sugihan Jawa
Sugihan Jawa (Sugi dan Jawa) berarti Sugi sebagai arti bersih, suci dan Jawa artinya luar. Sugihan Jawa adalah hari pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).
- Sugihan Bali
Sementara sugihan bali merupakan proses pembersihan diri sendiri atau Bhuana Alit. Tata caranya adalah mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat.
- Hari Penyekeban dan Penyajan Galungan
Hari Penyekeban bermakna filosofis “nyekeb indriya” yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan. Hari penyekeban dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.
Hari penyajan dirayakan untuk memantapkan diri sebelum perayaan hari raya Galungan. Menurut kepercayaan, pada hari penyajan umat Hindu akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu menuju Galungan. Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.
- Hari Penampahan Galungan
Hari penampahan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Pada hari Penampahan Galungan, umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diterima selama ini. Penjor dibuat dari batang bambu melengkung yang diisi hiasan sedemikian rupa.
- Hari Raya Galungan
Prosesi hari raya Galungan dimulai dengan upacara persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke pura sekitar lingkungan. Di momen ini, umat Hindu banyak yang memilih pulang kampung demi menyempatkan diri untuk sembahyang ke daerah kelahirannya masing-masing.
- Hari Umanis Galungan
Pada Umanis Galungan, umat Hindu akan melaksanakan persembahyangan dan dilanjutkan dengan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
- Hari Pemaridan Guru
Kata Pemaridan Guru diambil dari kata Marid dan Guru.Memarid artinya dengan ngelungsur atau nyurud (memohon), dan Guru tiada lain adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dan hari Pemaridan Guru dapat diartikan bahwa hari untuk nyurud atau ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru. Dirayakan pada Sabtu Pon wuku Galungan.
- Ulihan
Ulihan memiliki arti pulang atau kembali. Bagian ini dimaksudkan sebagai hari kembalinya para dewata-dewati atau leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugerah panjang umur. Dirayakan pada Minggu Wage wuku kuningan
- Hari Pemacekan Agung
Pemacekan berasal dari kata pacek yang artinya tekek (dalam Bahasa Bali) atau tegar. Makna Pemacekan Agung ini dimaksudkan sebagai simbol keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan hari Galungan. Dirayakan pada Senin Kliwon wuku kuningan.
- Hari Raya Kuningan
Hari raya Kuningan dirayakan umat hindu setiap 210 hari sekali dengan cara memasang tamiang, kolem, dan endong.Tamiang merupakan simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai cakra. Kolem sebagai simbol senjata Dewa Mahadewa, sedangkan endong tersebut jadi simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh para Dewata dan leluhur saat berperang melawan adharma. Tamiang kolem sendiri dipasang pada semua palinggih, bale, dan pelangkiran, sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.
- Hari Pegat Wakan
Hari pegat wakan merupakan runtutan terakhir dari perayaan galungan dan kuningan. Dan dilaksanakan dengan cara melakukan persembahyangan, dan mencabut penjor yang telah dibuat pada hari penampahan. Penjor tersebut nantinya dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah. Hari pegat wakan jatuh pada hari Rabu Kliwon wuku pahing, sebulan setelah galungan.