Selamat Hari Buku Nasional
Setiap tanggal 17 Mei, masyarakat Indonesia merayakan Hari Buku Nasional (Harbuknas) yang resmi ditetapkan pada 17 Mei 2002. Di dunia, Hari Buku diperingati setiap tanggal 23 April.
Media sosial Twitter menjadi ajang perbincangan dengan tagar #HariBukuNasional. Tak hanya mengucapkan "Selamat Hari Buku Nasional", para penulis hingga pelaku industri buku juga meramaikan jagat Twitter dengan ajakan agar tidak membajak buku, ajakan membaca buku, ajakan menulis, bahkan hanya menunjukkan kecintaannya pada buku. Tagarnya pun terpopuler lima besar.
Fiersa Besari yang terkenal lewat buku Arah Langkah hingga Garis Waktu, menjadi salah satu kicauan terpopuler di Twitter.
Lini Sastra penerbit Gramedia Pustaka Utama mengucapkan Hari Buku Nasional mengutip perkataan Sapardi Djoko Damono.
"Beberapa orang bertanya, "Gimana cara jadi penulis?" Pertanyaan aneh. Padahal kita sudah diajari menulis sedari SD. Yang mesti dilakukan adalah perbanyak baca buku. Karena semakin banyak buku yang kita baca, semakin banyak hal yang ingin kita tulis. Selamat Hari Buku Nasional," kicaunya yang mendapat lebih dari 5,6 ribu likes.
"Pembajakan buku adalah pengkhianatan terhadap langkah pemasaran karya kreatif dan pelecehan atas hati nurani pengarang," kicau @sastragpu.
Penulis Boy Candra pun mengucapkan, "Selamat Hari Buku Nasional. Semoga penulis dan pembaca Indonesia selalu jaya di negerinya."
Sejarah Hari Buku Nasional
Menteri Pendidikan Nasional Abdul Malik Fadjar menetapkan Harbuknas pada 17 Mei 2020. Dalam sambutannya, dia mengatakan, Indonesia masih terjebak pada tradisi lisan dan sedikit membaca. Ide peringatan Hari Buku digagas masyarakat perbukuan.
Tujuan peringatan Hari Buku Nasional untuk memacu minat baca masyarakat Indonesia sekaligus menaikkan penjualan buku.
Malik Fadjar menyadari, membuat masyarakat gemar membaca tak mudah dilakukan. Apalagi, pada generasi muda yang sudah telanjur didominasi alat digital. Padahal, menurut dia, membaca dapat membuat kita mengetahui perkembangan terbaru, hingga meramalkan masa depan.
Di masa lalu, tokoh-tokoh pemimpin Indonesia dikenal merupakan sosok yang suka membaca. Salah satunya Bung Hatta yang dikenal dengan kalimatnya, "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas".
Selain membaca, kala itu Bung Hatta juga rajin menulis di surat kabar.