Selama 3 Tahun, Kasus Stunting di Bondowoso Turun Drastis
Kasus stunting (gangguan tumbuh kembang anak akibat kurang gizi) di Bondowoso Jawa Timur dalam kurun waktu tiga tahun berhasil ditekan turun secara signifikan. Pada 2021 angka prevalensi stunting sebesar 37 persen, kini menurun drastis menjadi 6,09 persen hingga April 2024.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSG) hingga bulan timbang April 2024, angka prevalensi stunting di Bondowoso sebesar 6,09 persen. Angka ini mengalami penurunan drastis dalam waktu tiga tahun terakhir.
"Pada 2021 angka prevalensi stunting Bondowoso 37 persen. Kemudian turun jadi 32 persen pada 2022 dan turun lagi jadi 17 persen pada 2023. Pada bulan timbang April 2024 turun drastis jadi 6,09 persen," kata Pj. Bupati Bondowoso, Bambang Soekwanto, Minggu 23 Juni 2024.
Penurunan drastis angka stunting itu, jelas Pj Bupati Bambang, merupakan buah kerja keras semua pihak. Baik Pemerintah Kabupaten (Pemkab), TNI, Polri, lembaga pemerintah vertikal, hingga instansi swasta.
"Jika semua pihak itu terus kompak menangani stunting, saya yakin bisa kembali turun dan tidak menutup kemungkinan Bondowoso kedepan menuju kabupaten zero stunting," jelas orang nomor satu Pemkab Bondowoso itu.
Selain buah kerja keras semua pihak, menurut Pj Bupati Bambang, penurunan drastis kasus stunting tidak lepas dari upaya pemkab memberikan asupan gizi pada masyarakat. Dari pemberian makanan bergizi tambahan pada ibu hamil (bumil) hingga susu khusus Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) secara gratis pada balita dua tahun (baduta).
"Pemberian susu khusus PKMK secara gratis kepada balita dua tahun sebagai upaya penanganan stunting ini, Pemkab Bondowoso menganggarkan dalam APBD 2024 sebesar Rp 1,9 miliar. Pemberian susu khusus PKMK gratis ini disesuaikan kebutuhan baduta dan diberikan melalui puskemas," ujarnya.
Sementara Plt Kepala Dinkes Bondowoso, dr. Slamet Santoso mengatakan, susu khusus PKMK gratis diberikan pada baduta mengalami stunting dan balita kondisi tertentu seperti mengalami penyakit penyerta. Pemberiannya melalui puskesmas disesuaikan kebutuhan kondisi masing-masing baduta.
"Kan, tidak semua balita mengalami stunting kebutuhan susunya sama. Ada yang mendapat 6 bungkus usu setiap bulan dan ada hingga 8 bungkus susu setiap bulan. Penanganan stunting juga kita lakukan dengan gerakan pendampingan kesehatan menyasar remaja putri, catin (calon pengantin), bumil (ibu hamil), dan bulin (ibu bersalin)," kata Slamet.
Advertisement