Selama Pandemi, Pasien Akupresure di Blitar Naik 100 Persen
Pandemi Covid-19 tak membuat orang takut berobat ke akupresure di Blitar. Bahkan, sejak pandemi menjangkit di Indonesia, mereka yang mendatangi tempat pengobatan tradisional ini malah meningkat 100 persen.
Ini yang terjadi Griya Terapi Sehat Lila Legawa, Jalan Sisingamaraja, Sananwetan, Blitar. ''Justru pasien yang datang ke sini meningkat 100 persen sejak pandemi covid berlangsung,'' kata Doni Hendrawan kepada ngopibareng.id.
Doni adalah praktisi akupresure pemilik Griya Terapi Sehat itu. Panambahan pasien secara signifikan itu terjadi karena mereka ingin meningkatkan daya tahan tubuh dengan metode terapi yang berkembang dari Tiongkok ini.
Akupresure adalah metode terapi kesehatan yang dikembangkan di negeri Tiongkok sejak 5000 tahun lalu. Caranya dengan melakukan penekanan dengan jari kepada titik-titik organ tubuh.
Akupresure berbeda dengan akupunktur. Kalau akupunktur menggunakan alat jarum. Dalam teknik akupresure, penekanan dilakukan dengan jari sebagai pengganti penusukan jarum. ''Tujuannya untuk melancarkan aliran energi vital pada seluruh tubuh,'' jelas Doni.
Tidak takut tertular Covid-19? Dalam menjalankan praktek terapi sehari-hari, Doni tetap memberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Setiap pasien yang akan diterapi harus menjalani wawancara dan pemeriksaan.
Setiap pasien yang datang dicek melalui wawancara tentang aktifitasnya selama 14 hari terakhir. Mereka ditanya telah pergi ke mana saja selama itu. Apakah keluar kota atau tidak. Kalau ke luar kota ke mana.
Selain itu, juga dilakukan pengecekan fisik terhadap suhu badan. Juga ditanyakan apakah ada gejala demam, batuk dan pilek. Jadi semacam ada tracing sebelum dilakukan terapi di tempat praktiknya.
''Pasien juga kita minta untuk dicek mulutnya dengan menjulurkan lidah. Kita bisa melihat pasien apakah sudah terinfeksi atau belum. Kalau sudah terinfeksi kami tidak berani melakukan terapi,'' jelas Doni.
Bagi mereka yang sudah menunjukkan gejala terinfeksi akan diminta untuk ke rumah sakit. Sebab, selain membahayakan pasien juga akan membahayakan para terapis dan pasien lainnya.
Selama mewawancarai Doni mengaku selalu menggunakan masker dan sarung tangan. Hanya ketika melakukan terapi tidak bisa menggunakan sarung tangan karena akan mengurangi kekuatan pijatan ke organ vital.
Yang manarik, selama ini, pasien Griya Terapi Sehat Lila Legawa tidak hanya dari Blitar. Tapi juga banyak dari Surabaya, Solo dan Jakarta. Namun, selama masa pandemi, ia hanya menerima pasien dari Blitar saja.
Doni mengaku mendapatkan keahlian akupresure dari keturunan. Juga belajar teknik akupresure dari para tertapis senior di Singkawang. Ia mengaku telah bergabung dengan Asosiasi Terapis Akupresure Seluruh Indonesia (AP3I).
Ia mengisahka jika metode terapi akupresure ini masuk ke Indonesia sejak tahun 1960-an. "Saat itu, presiden pertama RI sakit. Dia mengundang dokter dari China. Satu dokter medis, satu dokter tradisional atau terapis,'' kisahnya.
Dua dokter tersebut diuji dengan mengobati masing-masing 5 pasien stroke. Ternyata, yang paling cepat sembuh mereka yang diobati dengan teknik akupresure.
''Sejak saat itulah, model terapis akupresure mulai berkembang di Indonesia,'' jelas Doni sambil mengatakan bahwa teknik terapi ini bisa meningkatkan imun tubuh dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Saat ngopibareng.id mewawancarainya, ia sempat menunjukkan buku Huang Ti Nei Cing (The Yellow Emperor’s Classic of Internal Medicine). Buku ini semacam ensiklopedi ilmu pengobatan China. (Choirul Anam)
Advertisement