Selama Pandemi Merugi, Ini Siasat Barbershop untuk Bertahan
Selama pandemi Covid-19 di Indonesia, khususnya Surabaya, kegiatan ekonomi merosot tajam. Semua sektor megalami kerugian. Seperti salah satu General Manager (GM) barbershop yang berada di Jalan Dr. Soetomo Surabaya, Purwadi mengaku, tempat usahanya mengalami kerugian hingga 80 persen.
"Kerugiannya bisa mencapai 70 sampai 80 persen karena semua langganan pada takut datang," kata Purwadi.
Untuk mensiasati hal tersebut di era adaptasi kebiasaan baru ini, pihaknya menerapkan protokol Covid-19 agar masyarakat tak lagi was-was datang ke barbershop.
"Ada beberapa protokol yang kami terapkan di masa pandemi. Mulai dari sterilisasi perawatan sampai APD yang kami kenakan," ungkap Purwadi, Sabtu 18 Juli 2020.
Purwadi menjamin semua perlengkapan potong rambut sudah disterilkan, mulai dari peralatan pangkas rambut seperti gunting dan mesin potong, sampai perabotan di dalam barbershop seperti kursi dan meja.
"Sterilisasi kami lakukan sebelum dan sesudah customer datang. Sterilisasi tersebut kami lakukan di depan costumer," ujarnya.
Tak hanya itu, karyawan yang bertugas juga mengunakan face shield dan masker. Hal ini dilakukan untuk keamanan custamer yang datang.
Setiap seminggu sekali, pihaknya juga melakukan sterilisasi ruangan menggunakan metode dry fog.
Di pintu masuk, pelanggan yang datang terlebih dahulu dicek suhu tubuh dan membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer.
"Secara operasional, mengacu kepada surat dari Pemkot Surabaya, kami membatasi kapasitas menjadi 50 persen. Baik costumer maupun karyawan," papar Purwadi.
Upaya ini diharapkan bisa menekan laju penularan Covid-19 di tempat umum. Sementara itu, lanjut Purwadi, tarif harga potong rambut dll di barbershopnya tidak ada yang berubah.
"Kalau orang tersebut datang langsung ke tempat kami harganya sama, tapi kalau home service atau kami ke rumahnya memang ada uang tambahan," tutupnya.