Selama Kim Jong Un Berada di Singapura, Siapa yang Pegang Tombol Nuklir Korea Utara?
Tatkala Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu hari ini guna membahas nuklir yang mungkin paling penting sejak Perang Dingin, ada hal yang perlu dipertanyakan.
Trump jelas tetap terhubung dengan tombol nuklir di mana pun dan kapan pun dia berada. Tetapi sebaliknya, bagaima dengan tombol nuklir milik Korea Utara? Apakah dia masih terhubung dengan tombol nuklir negaranya?
Situasi itu tidak diketahui pada Kim Jong Un karena dunia tidak tahu banyak bagaimana nasib tombol-tombol nuklir Korea Utara selama Kim di luar negeri.
Beberapa waktu lalu Kim menyatakan kepada dunia bahwa "tombol nuklir selalu ada di meja kantor saya", yang dianggap berbagai kalangan sebagai pesan kepada dunia bahwa dia mengendalikan penuh arsenal nuklir Korea Utara.
Tak lama dari sesumbar Kim itu, Trump membalas "saya juga punya tombol nuklir, tapi tombol ini jauh lebih besar dan jauh lebih dahsyat dari yang dipunyai dia, dan tombol saya bekerja baik!”
Saat keduanya bertemu di Singapura hari ini untuk merundingkan nuklir, Trump akan selalu ditemani seorang staf yang ke mana-mana menenteng koper berisi tombol nuklir yang bisa ditekan kapan saja presiden Amerika maui.
Korea Utara adalah salah satu negara yang paling terisolasi di dunia, dan komando dan kendali fasilitas nuklirnya berada dalam lingkaran ketat yang tak tertembus.
Sebelum ke Singapura, Kim yang naik berkuasa pada 2011 hanya tiga kali melakukan lawatan ke luar Korea Utara. Dua kali ke Tiongkok dan sekali melintasi Zona Demiliterisasi dengan Korea Selatan untuk bertemu presiden negara tetangganya itu. Singapura adalah negara terjauh yang dia kunjungi sejak berkuasa.
Para analis yang mengamati Korea Utara yakin Kim datang ke Singapura dengan keyakinan bisa mengendalikan keamanan arsenal nuklirnya.
"Kami tidak tahu seberapa maju kemampuan komunikasi aman Korea Utara, oleh karena itu apakah Kim Jong Un berada dalam jangkauan Otoritas Komando Nasional selama berada di Singapura masih menjadi pertanyaan," kata Andrew O’Neil, pakar kebijakan nuklir Korea Utara pada Universitas Griffith di Queensland, Australia.
Kim mungkin mendelegasikan otoritas pengawasan arsenal nuklirnya kepada salah seorang pejabat Korea Utara yang sangat dia percayai yang berada di Pyongyang, termasuk Choe Ryong Hae, salah seorang pemimpin senior yang melepas Kim di bandara Pyongyang ketika menuju Singapura, kata Michael Madden, pakar kepemimpinan dari laman 38 North yang biasa memonitor Korea Utara.
"Kim bisa mengotorisasi atau menerima (permintaan) serangan rudal selagi berada di luar. Itulah protokol peluncurannya," kata Madden seperti dikutip Reuters.
Para pejabat terpercaya mengendalikan penuh jaringan telekomikasi di Korea Utara dan mungkin ada sebuah sistem sandi untuk mengaktifkan sistem yang juga mencakup peluncuran peluru kendali balistik Korea Utara. (an/rtr)