Selama 2018, Sebanyak 230 Anak Alami Gizi Buruk
Tidak semua anak di Kota Probolinggo bernasib baik dilihat dari sisi kesehatannya. Terbukti, selama 2018, sebanyak 230 anak di Kota Bayuangga dilaporkan mengalami gizi buruk.
Fakta ini terungkap ketika Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Probolinggo menggelar seminar gizi dalam memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59 tahun 2019. Seminar diikuti tenaga kesehatan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), organisasi profesi kesehatan, dan organisasi kemasyarakatan.
Wali Kota Hadi Zainal Abidin dalam sambutannya mengatakan, saat ini Indonesia masih dihadapkan pada tantangan berbagai permasalahan gizi. Yakni, masih tingginya prevalensi stunting, gizi buruk dan anemia pada ibu hamil serta meningkatnya obesitas pada orang dewasa.
"Berdasarkan data Dinas Kesehatan, Kota Probolinggo pada tahun 2018 juga menghadapi sejumlah masalah kesehatan," ujar Habib Hadi, panggilan akrab Hadi Zainal Abidin.
Dinkes mencatat, terdapat 230 kasus gizi buruk (2,65 persen); 497 kasus gizi kurang (5,53 persen); gizi lebih ada 603 kasus (6,71 persen).
Yang menggembirakan, kata wali kota, prevalensi stunting (gangguan pertumbuhan) statusnya zero. Yang mendasari masalah gizi bukan hanya kemiskinan tetapi pengetahuan masyarakat akan pola hidup sehat dan pemenuhan gizi yang kurang optimal.
Habib Hadi berjanji, akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Probolinggo baik dari segi sarana dan prasarana.
"Sesuai janji saya, dalam visi misi dan program saya, ibu hamil sampai melahirkan akan mendapat perhatian dari pemerintah untuk mendapatkan pemeriksaan dan tambahan gizi," ujarnya.
Terkait peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, wali kota merencanakan salah satunya, membangun rumah sakit baru. Soalnya, rumah sakit yang ada (RSUD dr Mohamad Saleh) dinilai sudah tidak layak lagi.
Sementara Kabid Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Kota Probolinggo, dr NH. Hidayati mengatakan, secara umum seminar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta tentang keluarga sadar gizi dengan kampanye isi piringku (menu bergizi empat sehat lima sempurna).
Sedangkan secara khusus yaitu peserta dapat mengetahui definisi keluarga sadar gizi. "Peserta mengetahui cara mencapai keluarga sadar gizi, peserta mengetahui isi piringku dan perserta mengetahui penerapan isi piringku dalam mencapai keluarga sadar gizi," kata Hidayati. (isa)